ILMU TAJWID
Dalam segi bahasa, Tajwid bermakna mengelokkan dan membaguskan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, Tajwid ialah suatu ilmu yang membicarakan mengenaimakhraj huruf (tempat keluar huruf), sifat-sifatnya, kadarpanjang pendek bacaan serta perkara-perkara lain yang adakaitan dengan cara bacaan ayat al-Quran.
Tujuan Tajwid ialah memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (lidah) dari kesalahan membaca.
Firman Allah s.w.t menegaskandalam suroh (al-Muzammil: 4) yang artinya“Bacalah al-Quran itu dengan tartil.”
Tartil ialah membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan terang dan teratur,mengenal tempat-tempat waqaf, sesuai dengan aturan-aturan tajwid dan tidak terburu-buru.
Pada zaman Rasulullah s.a.w, al-Quran dibaca dengan penuh penghayatan dan bertajwid. Justeru, kita digalakkan untuk membaca al-Quran dengan baik agar dapat memberi kesan kepada diri kita.
Aisyah r.a meriwayatkan, Rasulullah s.a.w bersabda, yang Artinya “Orang yang mahir dengan al-Quran (hafalan dan bacaannya yang amat baik danlancar) kedudukannya di akhirat adalah bersama para malaikat yang mulia dan taat,adapun orang yang membaca al-Quran dan tersekat-sekat dalam bacaannya, sedangianya amat payah, baginya adalah dua pahala.”[HR. Bukhari dan Muslim]
HUKUM MEMPELAJARI TAJWID
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah. Mengamalkan bacaan al-Quran dengan bertajwid adalah fardu ‘ain bagi setiap Muslim yang mukallaf.
Membaca al-Quran dengan bertajwid boleh dihuraikan dalam dua keadaan:
1) Membaca al-Quran dengan bertajwid pada kadar yang paling minimum iaitu bacaannya tidak mengubah struktur perkataan atau merosakkan maknanya. Hukumnya adalah fardu ‘ain.
2) Membaca al-Quran dengan bertajwid iaitu dengan memeliharakeseluruhan hukum-hukum tajwid dalam bacaan. Hukumnya wajib ke atas mereka yang mahir dengan ilmu tajwid.
Dalam qo'idah Tajwid menyatakan:
“ Belajar Tajwid wajib hukumnya, Yang tidak mengerti Tajwid pasti dosanya.”
“ Belajar Tajwid wajib hukumnya, Yang tidak mengerti Tajwid pasti dosanya.”
KEPENTINGAN DAN KELEBIHAN MEMPELAJARI ILMU TAJWID
Mengelakkan kesalahan dalam bacaan ayat Al Quran
Dapat menyebut huruf dengan tepat mengikut sifat dan makhrajnya,
Menjamin kesahan dan kebenaran makna sesuatu ayat yang dibaca berdasarkan hukum-hukum yang terdapat didalam ilmu tajwid.
KELEBIHAN
Mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis Nabi:
sesungguhnya dia akan datang
pada hari kiamat sebagai syafaat
kepada pembacanya.”
[HR. Muslim]
Bacaan bertajwid jika disertai dengan kefahaman makna-makna ayat dapat menimbulkan rasa nikmat keindahan bahasa ayat-ayat al-Quran yang merupakan salah satu daripada mukjizat agung kepada umat manusia.
Memperolehi kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.
HUKUM NUN SUKUN (MATI) DAN TANWIN
تَثْبُتُ فىِ الْخَطِ وَاللَّفْظِ
Nun mati itu ada dalam tulisannya dan ada dalam bacaannya.
Adanya Nun mati atau tempatnya nun mati yang akan diberi hukum,itu tidak tentu adanya,dalam kalimah isim ada,dalam fiil ada,dalam haraf,di tengah-tengah kalimah,diujung kalimah,di tingkah waqaf dan juga washal.
هُوَ نُوْنٌ سَاكِنَةٌوَاقِعَةٌ فىِآخِرِالْكَلِمَةِ لَفْظً لاَخَطً
Yang namanya tanwin itu adalah nun yang masih mati yang ada dalam bacaannya saja tidak ada dalam tulisannya.
Apa perbedaannya nun mati dan tanwin ?
1.Tanwin Adanya dalam bacaannya saja.
2.Tanwin Adanya diujung kalimah
3.Tanwin Adanya dalam kalimah isim saja
Sedangkan nun mati seperti yang telah dijelaskan diatas.
Haraf Hijaiyyah semuanya ada 28
Pada saat menghadapi huruf hijaiyyah yang 28,hukumnya nun mati dan tanwin ada empat hukum.
1.Idhar,
2.Idgham,
3.Iqlab,
4.Ikhfa.
Keterangannya didapat dari kitab tukhfatul athfal,sabda Syehk Sulaiman aljamjuri.
لِلنُّوْنِ اِنْ تَسْكُنْ وَلِلتَّنْوِيْنِ اَرْبَعُ اَحْكَامٍ فَخُذْ تَبْيِيْنِ
Nun mati dan Tanwin ketetapan,hukum empat harus pegang penjelasan.
No.1.IDHAR.
Idhar menurut bahasa berarti jelas.sedangkan menurut istilah ilmu tajwid
النُّطْقُ بِحَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مَعَ عَدَمِ الْغُنَّهْ
Membaca pada satu huruf dari makhrajnya serta tidak menggunakan gunnah
(sengau,dengung)
Yang dimaksud idhar disini adalah : Membacanya nun mati dan tanwin kalau
menghadapi huruf idhar yang 6 itu harus jelas.
Bagaimana perbedaannya nun mati dan tanwin ketika menghadapi hurup hijaiyyah yang dua puluh delapan.
Perbedaannya ada dua.
1.Nun mati menghadapi hurup hijaiyyah dalam satu kalimah.
2.Nun mati menghadapi huruf hijaiyyah dalam dua kalimah.
Sedangkan tanwin harus di dua kalimah,tegasnya tidak bisa dalam Satu kalimah.
Huruf idhar semuanya ada enam. ء هاع ح خ غ
Keterangannya menurut dawuhan syehk sulaiman aljamjury dalam kitab tuhfatul athfal
فَااْلاَ وَّلُ الاِْظْهَارُقَبْلَ الاْ َحْرُفِ لِلْحَلْقِ سِتٌّ رُتِّبَتْ فَلْتَعْرِفِ
Kesatunya harus idhar masing jelas,sebelum haraf halaq yang enam coba hitung.
هَمْزٌفَهَاءٌثُمَّ عَيْنٌ حَاءٌ مُهْمَلَتَانِ ثُمَّ غِيْنٌ خَاءٌ
Hamzah dan Hha,’Ain dan Haa tidak dititikan tambah dua Kho,Ghain pada dititikan.
Hukum Nun mati dan Tanwin nomber keduanya yaitu
IDGHAM
Idgham menurut bahasa adalah اِذْخَالُ الشَّيْئِ فىِالشَّيْئِ
Memasukkan satu perkara pada perkara yang lain.
Sedangkang menurut istilah adalah :
اِدْخَالُ حَرْفٍ سَاكِنٍ بِحَرْفٍ مُتَحَرِّكٍ بِحَيْثُ يَصِيْرَانِ حَرْفًا وَاحِدًامُشَدَّدًايَرْتَفِعُ اللِّسَانُ عَنْهُ
اِرْتِفَاعَةًوَاحِدَةًمَعَ مُرَاعَةِالْغُنَّةِ عِنْدَالاِْدْغَامِ بِغُنَّةٍوَمَعَ عَدَمِ مُرَاعَتِهَاعِنْدَالاِْدْغَامِ بِلاَغُنَّةٍ
Memasukan huruf mati pada satu hurup yang hidup atau huruf yang dibarisan jadi huruf yang dua menjadi satu huruf dalam membacanya sambil ditasydidan,lidahnya diangkatkan sekaligus keatas sambil ngaraksa gunnah nun dari idgham ma’al gunnah,dan tidak perlu ngaraksa gunnah nun dari idgham bila gunnah.
Hurup Idgham semuanya ada enam(6) yang dikumpulkan pada lapad يَرْمَلُوْنَ
(ي,ر,م,ل,و,ن)
Dawuhan syehk Sulaiman al-jamjuri dalam kitab tuhfatul athfal.
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِسِتَّةٍاَتَتْ فىِيَرْمَلُوْنَ عِنْدَهُمْ قَدْثَبَتَتْ
Keduanya harus idgham pada enam(6) pada lapad yarmaluna sudah tetap
Idgham terbagi dua bagian.
1.Idgham Ma’al Gunnah.
2. Idgham Bila Gunnah.
Maksudnya Idgham Ma’al Gunnah,yaitu membacanya nun mati dan tanwin harus dimasukan pada huruf idgham,sambil memanjangkan suara dari puhu lubang hidung ( harus menggunakan Gunnah).
Sedangkan yang dimaksud Idgham Bila Gunnah adalah :Membacanya nun mati dan tanwin harus dimasukan pada hurup idgham,serta tidak diperbolehkan
memanjangkan suara dari puhu lubang hidung,tegasnyan tidak boleh menggunakan Gunnah.
Hurup Idgham Ma’al Gunnah Semuanya ada empat(4) Yaitu : ي,ن,م,و yang
dikumpilkan pada lapad يَنْمُوْ
Bagaimana keterangannya idgham terbagi dua bagian ? Karena dawuhan syehk
Sulaiman al-jamjuri dalam kitab tuhfatul .
لَكِنَّهَاقِسْمَانِ قِسْمٌ يُدْغَمَا فِيْهِ بِغُنَّةٍ بِيَنْمُوْعُلِمًا
Tapi yang enam terbagi dua bagian Idgham Ma’al Gunnah YANMU Sebagian.
Yang dimaksud Gunnah adalah : Memanjangkan suara dari puhu lubang hidung.
Apakah setiap Nun Mati dan tanwin Saat menghadapi YANMU itu harus idgham dan menggunakan Gunnah?
Itu Tafsil : 1.Saat tanwin menghadapi YANMU itu harus idgham dan menggunakan gunnah. 2.Sedangkan untuk nun mati menghadapi YANMU itu tafsil lagi.
1.Nun mati menghadapi YANMU pada satu kalimah.
2.Nun mati menghadapi YANMU pada dua kalimah
Nun mati menghadapi YANMU pada satu kalimah terbagi dua bagian.
1.Wajib Idhar.
2.Wajib Idgham.
Yang diwajibkan idhar itu bilamana Nun Mati menghadapi YA atau WAU pada satu kalimah contonya seperti lapad دُنْيَا * صِنْوَانٍ Sebabnya wajib idhar adalah karena takut tertukar dengan huruf mudlo’af.
اِلاَّ اِذَاكَانَ بِكِلْمَةٍ فَلاَ تُدْغِمْ كَدُنْيَا ثُمَّ صِنْوَانٍ تَلاَ
Kecuali kalau nun mati tengah kalimah seperti dunya dan sinwanin jangan idgham.
Yang wajib idgham adalah bilamana nun mati menghadapi MIM dan NUN pada satu kalimah itu wajib idgham serta Gunnah,sedangkan nun mati menghadapi YANMU pada dua kalimah itu wajib idgham serta menggunakan Gunnah.
Idgham bagian kedua adalah Idgham Bila Gunnah,yang dimaksud Idgham Bila Gunnah adalah : Membaca nun mati dan tanwin harus dimasukkan pada huruf idgham dan tidak diperbolehkan memanjangkan suara dari puhu lubang hidung tegasnya jangan menggunakan Gunnah.
Huruf Idgham Bila Gunnah ada dua(2) yaitu : LAM dan RA.
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِغَيْرِغُنَّةِ فىِاللاَّمِ وَالرَّثُمَّ كَرِّرَنَّهْ
Keduanya Idgham tidak menggunakan gunnah pada LAM,RA bolak balik harus mernah
IQLAB
Hukum Nun mati dan Tanwin number ketiganya(3) adalah Iqlab.
وَالثَّالِثُ الاِْقْلاَبُ عِنْدَالْبَاءِ مِمًّابِغُنَّةٍ مَعَ الاِْخْفَاءِ
Ketiganya Iqlab kalau bersanding dengan BA gantikan pada gunnah campur ikhfa.
Iqlab menurut bahasa adalah : تَحْوِيْلُ الشَّيْئٍ عَنْ وَجْهِهِ Mindahkan satu perkara dari
perjalanan itu perkara.
Sedangkan menurut istilah adalah :
قَلْبُ النُّوْنِ السَّاكِنَةِاَوِالتَّنْوِيْنِ مِيْمًالَفْظً لاَخَطًّاحَالَتَانِ دُخُوْلِهِمَابَاءً مَعَ غُنَّةِ
Menggantikan nun mati atau tanwin digantikan pada MIM waktu dibacanya,akan
tetapi bukan pada tulisannya pada waktu nun mati dan tanwin menghadapi BA serta harus menggunakan gunnah,dan memanjangkan suara pada puhu lubang hidung.
Hurup Iqlab hanya ada satu yaitu BA ( ب ) sebabnya digantikan pada MIM ada dua elat.
1.عُسْرُ اِثْبَاتِ الْغُنَّةِ فىِالنُّوْنِ اَوِالتَّنْوِيْنِ مَعَ اِطْبَاقِ الشَّفَتَيْنِ
Susah menetapkan Gunnah pada nun mati dan tanwin kalau disekaliguskan dengan menutupkan bibir dua,kecuali kalau menghadapi hurup BA dan MIM.
2.Perbedaan makhraj,sebab NUN makhrajnya di ujung lidah sedangkan BA pada bibir dua.
IKHFA
وَالرَّبِعُ الاِْخْفَاءُعِنْدَالْفَاضِلِ مِنَ الْحُرُوْفِ وَاجِبٌ لِلْفَاضِلِ
Hukum Nun Mati dan Tanwin keempatnya ikhfa menghadapi haraf sesisanya
Ikhfa menurut bahasa adalah samar atau menutupi,sedangkan menurut istilah
adalah :
اَانُّطْقُ بِحَرْفٍ بِصِفَةٍ بَيْنَ الاِْظْهَارِوَالاِْدْغَامِ عَارٍمِنَ التَّشْدِيْدِ مَعَ بَقَاءِالْغُنَّةِ فىِالْحُرُوْفِ الاَْ َوَّلِ
Membaca pada satu hurup sambil harus menggunakan sifat antara idhar dan idgham yang sepi dari tasydid,serta harus menetapkan gunnah pada huruf awal,yaitu nun mati dan tanwin.
Huruf ikhfa semuanya ada 15 dikumpulkan pada lapad :
صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٌ قَدْسَمَادُمْ طَيِّبًازِدْفىِتُقَىضَعْ ظَالِمًا
ص,ذ,ث,ك,ج,ش,ق,س,د,ط,ز,ف,ت,ض,ظ.
Keterangannya menurut syehk sulaiman al-jamjuri dalam kitab tukhfatul athfaal.
فىِخَمْسَةٍ مِنْ بَعْدِ عَشْرٍ رَمْزُهَا فِى كِلْمِ هَدَالْبَيْتِ قَدْ نَضَمْتُهَا
Jelas lima belas huruf semuanya pada awal kalimah ini nadhomnya
صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٌ قَدْسَمَادُمْ طَيِّبًازِدْفىِتُقَىضَعْ ظَالِمًا
Yaitu: Shad,Dzal,Sta,Kaf,Jim,Syin,Qof,Sin,Dal,Tho,za,fa,ta,Dlod,Dzo,harus pada hapal.
Ikhfa mempunyai tiga martabat.1.ikhfa Kubro,2.Ikhfa Shugro,3.Ikhfa Wustho.
Ikhfa Kubro adalah menggunakan gunnahnya harus lebih panjang sedangkan Ikhfa Shugro menggunakan gunnahnya harus lebih pendek berarti tidak menggunakan gunnah,sedangkan yang dimaksud Ikhfa Wustho adalah.menggunakan gunnahnya antara ikhfa kubro dan shugro.
1.Ikhfa Kubro yaitu : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang makhrajnya lebih dekat pada makhraj NUN yaitu yang suka disebut ikhfa AQROB hurufnyan ada tiga(3) yaitu ط,ت,د
2.Ikhfa Sugra Yaitu : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang makhrajnya lebih jauh pada makhraj NUN yaitu yang suka disebut ikhfa AB’AD hurufnya ada dua yaitu ق,ك
3.Sedangkan ikhfa wustho adalah : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang makhrajnya tidak lebih dekat tidak lebih jauh pada makhraj NUN,yaitu yang suka disebut ikhfa AUSATH.hurufnya ada sepuluh sesisanya dari yang diatas.
ص,ذ,ث, ج,ش, س, ز,ف, ض,ظ.
Pelaksanaannya menggunakan ikhfa dalam hukum nun mati dan tanwin adalah :
اِنَّ النُّوْنُ السَّكِنَةَاَوِالتَّنْوِيْنٍ اِذَااُدْغِمَااَوْاُقْلِبَ اَوْاُخْفِيَايَتَحَوَّلاَنِ مِنْ مَخْرَجِهَاالاَْصْلِيِ اِلىَالْخَيْشُمُ.
Sebenarnya bilamana nun mati dan tanwin bilamana diidghamkan dan diiqlabkan atau diikhfakan,itu nun mati dan tanwin suka pindah keduanya dari makhraj asalnya(dari thorfullisan)pindah pada khaisyum(cukang hidung,jadi kalau sudah pindah makhrajnya pada cukang hidung berarti pindah dari makhraj yang muhaqqoq(yang ditentukan)pada makhraj yang muqoddar(yang dikira-kirakan) atau tempat keluarnya huruf yang ditentukan pindah ketempat keluarnya yang dikira-kirakan (pada khoisyum).
Sedangkan agar makhrajnya nun mati dan tanwin tetap muhaqqoq,pada pelaksanaan mengikhfakannya harus ditendetkan pada huruf sesudahnya,yaitu yang mempunyai makhraj muhaqqoq.
Keterangannya dawuhan Muhammad al-hijaz al-makkatul mukarromah dalam kitab Qoulussadid :
فَحِيْنَئِدٍ تَجِبُ عَلىَالْقَارِى:اِذَانَطَقَ بِالنُّوْنِ السَّاكِنَةِاَوِالتَّنْوِيْنِ عِنْدَ حَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِ الاِْخْفَاءِالْخَمْسَتَ
عَشَرَاَيُّلَ خِظَ مَخْرَجَ الْحُرُوْفِ الَّذِى يَتَأَتىَّ بَعْدَهُمَامَعَ مُرَاعَةِالتَّفْخِيْمِ فىِالْمُفَخِّيْمِ وَالتَّرْقِيْقِ
فىِالْمُرَقَّفِ لاَغَيْرَ
Maka oleh sebab itu,wajib pada Qori,pada saat membacakan nun mati dan tanwin ketika menghadapi (berhadapan) dengan huruf ikhfa yang lima belas(15)harus diselewengkan pada makhraj huruf yang dihadapinya oleh nun mati dan tanwin,sambil memperhatikan tafhim(tebal)pada huruf yang harus ditebalkan,dan narqiqkan(tipis)pada huruf yang harus ditipiskan dan yang lainnya tidak.
HUKUM MIM MATI
تَثْبُتُ فىِ الْخَطِ وَاللَّفْظِ
Nun mati itu ada dalam tulisannya dan ada dalam bacaannya.
Adanya Nun mati atau tempatnya nun mati yang akan diberi hukum,itu tidak tentu adanya,dalam kalimah isim ada,dalam fiil ada,dalam haraf,di tengah-tengah kalimah,diujung kalimah,di tingkah waqaf dan juga washal.
هُوَ نُوْنٌ سَاكِنَةٌوَاقِعَةٌ فىِآخِرِالْكَلِمَةِ لَفْظً لاَخَطً
Yang namanya tanwin itu adalah nun yang masih mati yang ada dalam bacaannya saja tidak ada dalam tulisannya.
Apa perbedaannya nun mati dan tanwin ?
1.Tanwin Adanya dalam bacaannya saja.
2.Tanwin Adanya diujung kalimah
3.Tanwin Adanya dalam kalimah isim saja
Sedangkan nun mati seperti yang telah dijelaskan diatas.
Haraf Hijaiyyah semuanya ada 28
Pada saat menghadapi huruf hijaiyyah yang 28,hukumnya nun mati dan tanwin ada empat hukum.
1.Idhar,
2.Idgham,
3.Iqlab,
4.Ikhfa.
Keterangannya didapat dari kitab tukhfatul athfal,sabda Syehk Sulaiman aljamjuri.
لِلنُّوْنِ اِنْ تَسْكُنْ وَلِلتَّنْوِيْنِ اَرْبَعُ اَحْكَامٍ فَخُذْ تَبْيِيْنِ
Nun mati dan Tanwin ketetapan,hukum empat harus pegang penjelasan.
No.1.IDHAR.
Idhar menurut bahasa berarti jelas.sedangkan menurut istilah ilmu tajwid
النُّطْقُ بِحَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مَعَ عَدَمِ الْغُنَّهْ
Membaca pada satu huruf dari makhrajnya serta tidak menggunakan gunnah
(sengau,dengung)
Yang dimaksud idhar disini adalah : Membacanya nun mati dan tanwin kalau
menghadapi huruf idhar yang 6 itu harus jelas.
Bagaimana perbedaannya nun mati dan tanwin ketika menghadapi hurup hijaiyyah yang dua puluh delapan.
Perbedaannya ada dua.
1.Nun mati menghadapi hurup hijaiyyah dalam satu kalimah.
2.Nun mati menghadapi huruf hijaiyyah dalam dua kalimah.
Sedangkan tanwin harus di dua kalimah,tegasnya tidak bisa dalam Satu kalimah.
Huruf idhar semuanya ada enam. ء هاع ح خ غ
Keterangannya menurut dawuhan syehk sulaiman aljamjury dalam kitab tuhfatul athfal
فَااْلاَ وَّلُ الاِْظْهَارُقَبْلَ الاْ َحْرُفِ لِلْحَلْقِ سِتٌّ رُتِّبَتْ فَلْتَعْرِفِ
Kesatunya harus idhar masing jelas,sebelum haraf halaq yang enam coba hitung.
هَمْزٌفَهَاءٌثُمَّ عَيْنٌ حَاءٌ مُهْمَلَتَانِ ثُمَّ غِيْنٌ خَاءٌ
Hamzah dan Hha,’Ain dan Haa tidak dititikan tambah dua Kho,Ghain pada dititikan.
Hukum Nun mati dan Tanwin nomber keduanya yaitu
IDGHAM
Idgham menurut bahasa adalah اِذْخَالُ الشَّيْئِ فىِالشَّيْئِ
Memasukkan satu perkara pada perkara yang lain.
Sedangkang menurut istilah adalah :
اِدْخَالُ حَرْفٍ سَاكِنٍ بِحَرْفٍ مُتَحَرِّكٍ بِحَيْثُ يَصِيْرَانِ حَرْفًا وَاحِدًامُشَدَّدًايَرْتَفِعُ اللِّسَانُ عَنْهُ
اِرْتِفَاعَةًوَاحِدَةًمَعَ مُرَاعَةِالْغُنَّةِ عِنْدَالاِْدْغَامِ بِغُنَّةٍوَمَعَ عَدَمِ مُرَاعَتِهَاعِنْدَالاِْدْغَامِ بِلاَغُنَّةٍ
Memasukan huruf mati pada satu hurup yang hidup atau huruf yang dibarisan jadi huruf yang dua menjadi satu huruf dalam membacanya sambil ditasydidan,lidahnya diangkatkan sekaligus keatas sambil ngaraksa gunnah nun dari idgham ma’al gunnah,dan tidak perlu ngaraksa gunnah nun dari idgham bila gunnah.
Hurup Idgham semuanya ada enam(6) yang dikumpulkan pada lapad يَرْمَلُوْنَ
(ي,ر,م,ل,و,ن)
Dawuhan syehk Sulaiman al-jamjuri dalam kitab tuhfatul athfal.
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِسِتَّةٍاَتَتْ فىِيَرْمَلُوْنَ عِنْدَهُمْ قَدْثَبَتَتْ
Keduanya harus idgham pada enam(6) pada lapad yarmaluna sudah tetap
Idgham terbagi dua bagian.
1.Idgham Ma’al Gunnah.
2. Idgham Bila Gunnah.
Maksudnya Idgham Ma’al Gunnah,yaitu membacanya nun mati dan tanwin harus dimasukan pada huruf idgham,sambil memanjangkan suara dari puhu lubang hidung ( harus menggunakan Gunnah).
Sedangkan yang dimaksud Idgham Bila Gunnah adalah :Membacanya nun mati dan tanwin harus dimasukan pada hurup idgham,serta tidak diperbolehkan
memanjangkan suara dari puhu lubang hidung,tegasnyan tidak boleh menggunakan Gunnah.
Hurup Idgham Ma’al Gunnah Semuanya ada empat(4) Yaitu : ي,ن,م,و yang
dikumpilkan pada lapad يَنْمُوْ
Bagaimana keterangannya idgham terbagi dua bagian ? Karena dawuhan syehk
Sulaiman al-jamjuri dalam kitab tuhfatul .
لَكِنَّهَاقِسْمَانِ قِسْمٌ يُدْغَمَا فِيْهِ بِغُنَّةٍ بِيَنْمُوْعُلِمًا
Tapi yang enam terbagi dua bagian Idgham Ma’al Gunnah YANMU Sebagian.
Yang dimaksud Gunnah adalah : Memanjangkan suara dari puhu lubang hidung.
Apakah setiap Nun Mati dan tanwin Saat menghadapi YANMU itu harus idgham dan menggunakan Gunnah?
Itu Tafsil : 1.Saat tanwin menghadapi YANMU itu harus idgham dan menggunakan gunnah. 2.Sedangkan untuk nun mati menghadapi YANMU itu tafsil lagi.
1.Nun mati menghadapi YANMU pada satu kalimah.
2.Nun mati menghadapi YANMU pada dua kalimah
Nun mati menghadapi YANMU pada satu kalimah terbagi dua bagian.
1.Wajib Idhar.
2.Wajib Idgham.
Yang diwajibkan idhar itu bilamana Nun Mati menghadapi YA atau WAU pada satu kalimah contonya seperti lapad دُنْيَا * صِنْوَانٍ Sebabnya wajib idhar adalah karena takut tertukar dengan huruf mudlo’af.
اِلاَّ اِذَاكَانَ بِكِلْمَةٍ فَلاَ تُدْغِمْ كَدُنْيَا ثُمَّ صِنْوَانٍ تَلاَ
Kecuali kalau nun mati tengah kalimah seperti dunya dan sinwanin jangan idgham.
Yang wajib idgham adalah bilamana nun mati menghadapi MIM dan NUN pada satu kalimah itu wajib idgham serta Gunnah,sedangkan nun mati menghadapi YANMU pada dua kalimah itu wajib idgham serta menggunakan Gunnah.
Idgham bagian kedua adalah Idgham Bila Gunnah,yang dimaksud Idgham Bila Gunnah adalah : Membaca nun mati dan tanwin harus dimasukkan pada huruf idgham dan tidak diperbolehkan memanjangkan suara dari puhu lubang hidung tegasnya jangan menggunakan Gunnah.
Huruf Idgham Bila Gunnah ada dua(2) yaitu : LAM dan RA.
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِغَيْرِغُنَّةِ فىِاللاَّمِ وَالرَّثُمَّ كَرِّرَنَّهْ
Keduanya Idgham tidak menggunakan gunnah pada LAM,RA bolak balik harus mernah
IQLAB
Hukum Nun mati dan Tanwin number ketiganya(3) adalah Iqlab.
وَالثَّالِثُ الاِْقْلاَبُ عِنْدَالْبَاءِ مِمًّابِغُنَّةٍ مَعَ الاِْخْفَاءِ
Ketiganya Iqlab kalau bersanding dengan BA gantikan pada gunnah campur ikhfa.
Iqlab menurut bahasa adalah : تَحْوِيْلُ الشَّيْئٍ عَنْ وَجْهِهِ Mindahkan satu perkara dari
perjalanan itu perkara.
Sedangkan menurut istilah adalah :
قَلْبُ النُّوْنِ السَّاكِنَةِاَوِالتَّنْوِيْنِ مِيْمًالَفْظً لاَخَطًّاحَالَتَانِ دُخُوْلِهِمَابَاءً مَعَ غُنَّةِ
Menggantikan nun mati atau tanwin digantikan pada MIM waktu dibacanya,akan
tetapi bukan pada tulisannya pada waktu nun mati dan tanwin menghadapi BA serta harus menggunakan gunnah,dan memanjangkan suara pada puhu lubang hidung.
Hurup Iqlab hanya ada satu yaitu BA ( ب ) sebabnya digantikan pada MIM ada dua elat.
1.عُسْرُ اِثْبَاتِ الْغُنَّةِ فىِالنُّوْنِ اَوِالتَّنْوِيْنِ مَعَ اِطْبَاقِ الشَّفَتَيْنِ
Susah menetapkan Gunnah pada nun mati dan tanwin kalau disekaliguskan dengan menutupkan bibir dua,kecuali kalau menghadapi hurup BA dan MIM.
2.Perbedaan makhraj,sebab NUN makhrajnya di ujung lidah sedangkan BA pada bibir dua.
IKHFA
وَالرَّبِعُ الاِْخْفَاءُعِنْدَالْفَاضِلِ مِنَ الْحُرُوْفِ وَاجِبٌ لِلْفَاضِلِ
Hukum Nun Mati dan Tanwin keempatnya ikhfa menghadapi haraf sesisanya
Ikhfa menurut bahasa adalah samar atau menutupi,sedangkan menurut istilah
adalah :
اَانُّطْقُ بِحَرْفٍ بِصِفَةٍ بَيْنَ الاِْظْهَارِوَالاِْدْغَامِ عَارٍمِنَ التَّشْدِيْدِ مَعَ بَقَاءِالْغُنَّةِ فىِالْحُرُوْفِ الاَْ َوَّلِ
Membaca pada satu hurup sambil harus menggunakan sifat antara idhar dan idgham yang sepi dari tasydid,serta harus menetapkan gunnah pada huruf awal,yaitu nun mati dan tanwin.
Huruf ikhfa semuanya ada 15 dikumpulkan pada lapad :
صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٌ قَدْسَمَادُمْ طَيِّبًازِدْفىِتُقَىضَعْ ظَالِمًا
ص,ذ,ث,ك,ج,ش,ق,س,د,ط,ز,ف,ت,ض,ظ.
Keterangannya menurut syehk sulaiman al-jamjuri dalam kitab tukhfatul athfaal.
فىِخَمْسَةٍ مِنْ بَعْدِ عَشْرٍ رَمْزُهَا فِى كِلْمِ هَدَالْبَيْتِ قَدْ نَضَمْتُهَا
Jelas lima belas huruf semuanya pada awal kalimah ini nadhomnya
صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٌ قَدْسَمَادُمْ طَيِّبًازِدْفىِتُقَىضَعْ ظَالِمًا
Yaitu: Shad,Dzal,Sta,Kaf,Jim,Syin,Qof,Sin,Dal,Tho,za,fa,ta,Dlod,Dzo,harus pada hapal.
Ikhfa mempunyai tiga martabat.1.ikhfa Kubro,2.Ikhfa Shugro,3.Ikhfa Wustho.
Ikhfa Kubro adalah menggunakan gunnahnya harus lebih panjang sedangkan Ikhfa Shugro menggunakan gunnahnya harus lebih pendek berarti tidak menggunakan gunnah,sedangkan yang dimaksud Ikhfa Wustho adalah.menggunakan gunnahnya antara ikhfa kubro dan shugro.
1.Ikhfa Kubro yaitu : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang makhrajnya lebih dekat pada makhraj NUN yaitu yang suka disebut ikhfa AQROB hurufnyan ada tiga(3) yaitu ط,ت,د
2.Ikhfa Sugra Yaitu : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang makhrajnya lebih jauh pada makhraj NUN yaitu yang suka disebut ikhfa AB’AD hurufnya ada dua yaitu ق,ك
3.Sedangkan ikhfa wustho adalah : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang makhrajnya tidak lebih dekat tidak lebih jauh pada makhraj NUN,yaitu yang suka disebut ikhfa AUSATH.hurufnya ada sepuluh sesisanya dari yang diatas.
ص,ذ,ث, ج,ش, س, ز,ف, ض,ظ.
Pelaksanaannya menggunakan ikhfa dalam hukum nun mati dan tanwin adalah :
اِنَّ النُّوْنُ السَّكِنَةَاَوِالتَّنْوِيْنٍ اِذَااُدْغِمَااَوْاُقْلِبَ اَوْاُخْفِيَايَتَحَوَّلاَنِ مِنْ مَخْرَجِهَاالاَْصْلِيِ اِلىَالْخَيْشُمُ.
Sebenarnya bilamana nun mati dan tanwin bilamana diidghamkan dan diiqlabkan atau diikhfakan,itu nun mati dan tanwin suka pindah keduanya dari makhraj asalnya(dari thorfullisan)pindah pada khaisyum(cukang hidung,jadi kalau sudah pindah makhrajnya pada cukang hidung berarti pindah dari makhraj yang muhaqqoq(yang ditentukan)pada makhraj yang muqoddar(yang dikira-kirakan) atau tempat keluarnya huruf yang ditentukan pindah ketempat keluarnya yang dikira-kirakan (pada khoisyum).
Sedangkan agar makhrajnya nun mati dan tanwin tetap muhaqqoq,pada pelaksanaan mengikhfakannya harus ditendetkan pada huruf sesudahnya,yaitu yang mempunyai makhraj muhaqqoq.
Keterangannya dawuhan Muhammad al-hijaz al-makkatul mukarromah dalam kitab Qoulussadid :
فَحِيْنَئِدٍ تَجِبُ عَلىَالْقَارِى:اِذَانَطَقَ بِالنُّوْنِ السَّاكِنَةِاَوِالتَّنْوِيْنِ عِنْدَ حَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِ الاِْخْفَاءِالْخَمْسَتَ
عَشَرَاَيُّلَ خِظَ مَخْرَجَ الْحُرُوْفِ الَّذِى يَتَأَتىَّ بَعْدَهُمَامَعَ مُرَاعَةِالتَّفْخِيْمِ فىِالْمُفَخِّيْمِ وَالتَّرْقِيْقِ
فىِالْمُرَقَّفِ لاَغَيْرَ
Maka oleh sebab itu,wajib pada Qori,pada saat membacakan nun mati dan tanwin ketika menghadapi (berhadapan) dengan huruf ikhfa yang lima belas(15)harus diselewengkan pada makhraj huruf yang dihadapinya oleh nun mati dan tanwin,sambil memperhatikan tafhim(tebal)pada huruf yang harus ditebalkan,dan narqiqkan(tipis)pada huruf yang harus ditipiskan dan yang lainnya tidak.
HUKUM MIM MATI
Hukum mim mati saat behadapan atau menghadapi huruf hijaiyyah yang dua puluh
delapan(28) ada tiga. 1.Ikhfa Syafawi 2.Idgham Mitslain.3.Idhar Syafawi.
اَحْكَامُهَاثَلاَثَةٌلِمَنْ ضَبَطْ اِخْفَاءُاِدْغَامٌ وَاِظْهَارٌ فَقَطْ
Hukumnya Tiga,ikhfa idgham dan idhar tidak salah.
Apa keterangannya hukum mim mati no ke satunya adalah Ikhfa syafawi
Sabda syeh sulaiman al jamjuri dalam kitab tukhfatul athfal:
فَالاْ َوَّلُ الاِْخْفَاءُقَبْلَ الْبَاءِ وَسَمِّهِ الشَّفَوِيَّ لِلْقُرَآءِ
Kesatunya Ikhfa kalau sebelumnya BA,namanya ikhfa safawi mungguh quro.
Yang dimaksud ikhfa disini adalah membaca mim mati antara sifat idhar dan idgham serta harus menggunakan gunnah.
وَالثَّانِىاِدْغَامٌ بِمِثْلِهَااَتَى وَسَمِّ اِدْغَامًاصَغِيْرًايَافَتَى
Keduanya idgham kalau kedepannya mim lagi, mistlain shagir ketenarannya.
Dan yang dimaksud idgham disini adalah membaca nun mati harus dimasukkan pada huruf idghamnya serta harus menggunakan Gunnah.
وَاثَّالِثُ الاِْظْهَارُفىِالْبَاقِيَةِ مِنْ اَحْرُفٍ وَسَمِّهَاشَفْوِيَّةِ
Ketiganya idhar syafawi hukumnya,menghadapi huruf yang sesisanya.
Sedangkan yang dimaksud Idhar disini adalah Membaca Mim mati harus jelas,
delapan(28) ada tiga. 1.Ikhfa Syafawi 2.Idgham Mitslain.3.Idhar Syafawi.
اَحْكَامُهَاثَلاَثَةٌلِمَنْ ضَبَطْ اِخْفَاءُاِدْغَامٌ وَاِظْهَارٌ فَقَطْ
Hukumnya Tiga,ikhfa idgham dan idhar tidak salah.
Apa keterangannya hukum mim mati no ke satunya adalah Ikhfa syafawi
Sabda syeh sulaiman al jamjuri dalam kitab tukhfatul athfal:
فَالاْ َوَّلُ الاِْخْفَاءُقَبْلَ الْبَاءِ وَسَمِّهِ الشَّفَوِيَّ لِلْقُرَآءِ
Kesatunya Ikhfa kalau sebelumnya BA,namanya ikhfa safawi mungguh quro.
Yang dimaksud ikhfa disini adalah membaca mim mati antara sifat idhar dan idgham serta harus menggunakan gunnah.
وَالثَّانِىاِدْغَامٌ بِمِثْلِهَااَتَى وَسَمِّ اِدْغَامًاصَغِيْرًايَافَتَى
Keduanya idgham kalau kedepannya mim lagi, mistlain shagir ketenarannya.
Dan yang dimaksud idgham disini adalah membaca nun mati harus dimasukkan pada huruf idghamnya serta harus menggunakan Gunnah.
وَاثَّالِثُ الاِْظْهَارُفىِالْبَاقِيَةِ مِنْ اَحْرُفٍ وَسَمِّهَاشَفْوِيَّةِ
Ketiganya idhar syafawi hukumnya,menghadapi huruf yang sesisanya.
Sedangkan yang dimaksud Idhar disini adalah Membaca Mim mati harus jelas,
(jangan menggunakan Gunnah)
Apa sebabnya hukumnya yang kesatu dan yang ketiga disebut Syafawi ? Sebab Mim makhrajnya di syafatain (Bibir dua).
Apa sebabnya hukumnya yang kesatu dan yang ketiga disebut Syafawi ? Sebab Mim makhrajnya di syafatain (Bibir dua).
Apa sebabnya yang kedua disebut Mitslain ? Sebab sama makhrajnya dengan sifatnya
(Mim dengan Mim)
1.Huruf Ikhfa Safawi ada satu yaitu “BA”
2.Sedangkankan huruf idgham mitslain sama ada satu yaitu MIM.
3.Sedangkan huruf idhar syafawi ada dua puluh enam huruf(26) yaitu :
ء,ت,ث,ج,ح,خ,د,ذ,ر,ز,س,ش,ص,ض,ط,ظ,ع,غ,ف,ق,ك,ل,ن,و,ها,ي.
1.Huruf Ikhfa Safawi ada satu yaitu “BA”
2.Sedangkankan huruf idgham mitslain sama ada satu yaitu MIM.
3.Sedangkan huruf idhar syafawi ada dua puluh enam huruf(26) yaitu :
ء,ت,ث,ج,ح,خ,د,ذ,ر,ز,س,ش,ص,ض,ط,ظ,ع,غ,ف,ق,ك,ل,ن,و,ها,ي.
Apakah ada ketika mim mati menghadapi huruf yang dua puluh enam(26)
harus hati-hati membacanya ? Ada ! yaitu mim mati menghadapi dua huruf yaitu WAU dan Fa.
Sebabnya harus hati-hati adalah
Sebabnya harus hati-hati adalah
1.sebab saling berdekatan makhraj MIM dengan FA 2.Dan makhraj WAU dengan MIM.
Keterangannya menurut syehk Sulaiman aljamjuri dalam kitab tukhfatul athfal :
وَاحْذَرْلَذَىوَاوٍوَفَااَنْتَحْتَفِ لِقُرْبِهَاوَالاِْتِّهَادِفَاعْرِفِ
Mim mati Idharkan harus sangat hati-hati,pada WAU dan FA sebab berdekatan
Keterangannya menurut syehk Sulaiman aljamjuri dalam kitab tukhfatul athfal :
وَاحْذَرْلَذَىوَاوٍوَفَااَنْتَحْتَفِ لِقُرْبِهَاوَالاِْتِّهَادِفَاعْرِفِ
Mim mati Idharkan harus sangat hati-hati,pada WAU dan FA sebab berdekatan
HUKUM ALIF LAM
Berapa banyaknya hukum Alif Lam pada sa’at menghadapi huruf hijaiyyah yang
dua puluh delapan (28) ? Jawabannya tak kurang dari dua hukum !. 1.wajib idhar
membacanya 2 .wajib idgham membacanya.
Banyaknya huruf yang wajib idhar disini ada empat belas(14)yang dikumpulkan
pada lafad : اِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهْ yaitu: ء,ب,غ,ح,ج,ك,و,خ,ف,ع,ق,ي,م,ها.
Alif lam yang pertama ( yang wajib idhar) namanya Alif lam qomariah (bulan)apa
sebabnya disamakan sama bulan ? sebab alip lamnya di dohirkan { idhar } saperti
pada lapad اَلْقَمَرْ seperti halnya kita melihat bulan cahayanya dan bentuknya
kelihatan.
Yang kedua adalah Alif lam yang wajib idgham hurufnya sama ada 14.yaitu :
ط,ث,ص,ر,ت,ض,ذ,ن,د,س,ظ,ز,ِش,ل.
Dan Alif lam yang diwajibkan idgham namanya adalah alif lam Syamsiyyah
(Matahari)
Alasannya disebut alif lam syamsiyyah sebab alip lamnya diidgomkan seperti alip
lam yang ada pada lapad اَلشَّمْسُ begitupun bila kita melihat mata hari bintang
dan bentuk matahari tidak akan kelihatan seperti halnya conto assamsu
dua puluh delapan (28) ? Jawabannya tak kurang dari dua hukum !. 1.wajib idhar
membacanya 2 .wajib idgham membacanya.
Banyaknya huruf yang wajib idhar disini ada empat belas(14)yang dikumpulkan
pada lafad : اِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهْ yaitu: ء,ب,غ,ح,ج,ك,و,خ,ف,ع,ق,ي,م,ها.
Alif lam yang pertama ( yang wajib idhar) namanya Alif lam qomariah (bulan)apa
sebabnya disamakan sama bulan ? sebab alip lamnya di dohirkan { idhar } saperti
pada lapad اَلْقَمَرْ seperti halnya kita melihat bulan cahayanya dan bentuknya
kelihatan.
Yang kedua adalah Alif lam yang wajib idgham hurufnya sama ada 14.yaitu :
ط,ث,ص,ر,ت,ض,ذ,ن,د,س,ظ,ز,ِش,ل.
Dan Alif lam yang diwajibkan idgham namanya adalah alif lam Syamsiyyah
(Matahari)
Alasannya disebut alif lam syamsiyyah sebab alip lamnya diidgomkan seperti alip
lam yang ada pada lapad اَلشَّمْسُ begitupun bila kita melihat mata hari bintang
dan bentuk matahari tidak akan kelihatan seperti halnya conto assamsu
alif lamnya hilang.
Keterangannya alif lam kesatu aliflam qomariyyah dan yang kedua syamsiyyah
menurut syehk sulaiman aljamjuri dalam kitab tukhfatul atfal.
وَاللاَّمُ الاْ ُوْلىَسَمِّهَاقَمَرِيَهْ وَاللاَّمُ الاْ ُخْرَى سَمِّهَاشَمْسِيَّهْ
Paling awal alif lam qomariyyah,yang kedua alif lam syamsiyyah.
Keterangannya alif lam kesatu aliflam qomariyyah dan yang kedua syamsiyyah
menurut syehk sulaiman aljamjuri dalam kitab tukhfatul atfal.
وَاللاَّمُ الاْ ُوْلىَسَمِّهَاقَمَرِيَهْ وَاللاَّمُ الاْ ُخْرَى سَمِّهَاشَمْسِيَّهْ
Paling awal alif lam qomariyyah,yang kedua alif lam syamsiyyah.
HUKUM MIM DAN NUN YANG DITASYDIDKAN
Gunnah mempunyai dua bagian : 1.Gunnah Asliyyah.2.Gunnah ‘Aridhiyyah.
1.Gunnah asliyyah adalah Gunnah yang tidak terikat pada huruf
sesudahnya,yang khusus menggunakan tetap gunnahnya gunnah
muthlaq,bukan gunnah muqoyyad yaitu gunnah yang pada Nun dan Mim
Yang diberi tasydid keduanya.
2.Sedangkan gunnah ‘Aridiyyah adalah gunnah yang terkait atau terikat
pada huruf sesudahnya yang khusus,maka tetap gunnahnya menggunakan
gunnah muqoyyad,bukan gunnah mutlaq,seperti gunnah lain Nun dan Mim
yang ditasydidan.
HUKUM MIM DAN NUN YANG DITASYDIDAN.
Huruf Gunnah ada dua : yaitu NUN dan MIM yang ditasydidan.Sabda Syehk
sulaiman aljamjuri dalam kitab tukjfatul athfal :
وَغُنَّ مِيْمًاثُمَّ نُوْنًاشُدِّدًا وَسَمِّ كُلاَّ حَرْفِ غُنَّةِ بَدَا
Pada Mim dan Nun Yang ditasydidan Harus ( meng haruskan suara)gunnah dinamakannya.
( Gunnah itu adalah suara yang harus yang nyaring maksa masuk pada hidung)
banyaknya yang harus menggunakan gunnah pada umumnya ada dua puluh enam (26)
4.Pada Idgham Ma’al Gunnah ( YANMU)
1.Pada Iqlab.
15.Pada Ikhfa.
2.Pada Huruf Gunnah.
1.Pada Huruf Ikhfa Syafawi.
1.Pada Idgham Mitslen.
1.Pada Alif Lam Menghadapi Nun.
1.Pada Idgham Mutajannisen.
Huruf Gunnah ada dua : yaitu NUN dan MIM yang ditasydidan.Sabda Syehk
sulaiman aljamjuri dalam kitab tukjfatul athfal :
وَغُنَّ مِيْمًاثُمَّ نُوْنًاشُدِّدًا وَسَمِّ كُلاَّ حَرْفِ غُنَّةِ بَدَا
Pada Mim dan Nun Yang ditasydidan Harus ( meng haruskan suara)gunnah dinamakannya.
( Gunnah itu adalah suara yang harus yang nyaring maksa masuk pada hidung)
banyaknya yang harus menggunakan gunnah pada umumnya ada dua puluh enam (26)
4.Pada Idgham Ma’al Gunnah ( YANMU)
1.Pada Iqlab.
15.Pada Ikhfa.
2.Pada Huruf Gunnah.
1.Pada Huruf Ikhfa Syafawi.
1.Pada Idgham Mitslen.
1.Pada Alif Lam Menghadapi Nun.
1.Pada Idgham Mutajannisen.
Gunnah mempunyai dua bagian : 1.Gunnah Asliyyah.2.Gunnah ‘Aridhiyyah.
1.Gunnah asliyyah adalah Gunnah yang tidak terikat pada huruf
sesudahnya,yang khusus menggunakan tetap gunnahnya gunnah
muthlaq,bukan gunnah muqoyyad yaitu gunnah yang pada Nun dan Mim
Yang diberi tasydid keduanya.
2.Sedangkan gunnah ‘Aridiyyah adalah gunnah yang terkait atau terikat
pada huruf sesudahnya yang khusus,maka tetap gunnahnya menggunakan
gunnah muqoyyad,bukan gunnah mutlaq,seperti gunnah lain Nun dan Mim
yang ditasydidan.
Qalqalah( القلقلة )
Qalqalah( القلقلة )Dari sudut bahasa: Bergerak-gerak dan gementar. Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Bunyi lantunan yang kuat dari makhraj hasil dari bacaan huruf yang bertanda Sukun di mana makhrajnya ditekan terlalu kuat kemudian dilepaskan dalam waktu yang singkat sama ada huruf Sukun itu asli atau mendatang.
Cara baca qolqolah:
1. Rendah
Lantunan yang paling rendah( أقل شدة ): Apabila huruf Qalqalah terletak di pertengahan kalimah contohnya: Huruf Qaf di dalam kalimah( وخلقناكم أزواجا ).
2. Lantunan yang sederhana iaitu pertengahan( متوسط شدة ): Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah dan huruf tersebut tidak bersabdu (bertasydid) contohnya: Huruf Ta'( ط )di dalam kalimah( والله من وراء محيط )
3. Lantunan yang paling tinggi( أقصى شدة ): Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah dan huruf tersebut bersabdu (bertasydid) contohnya huruf Qaf di dalam kalimah( قال رب أحكم بالحق )
Cara baca qolqolah:
1. Rendah
Lantunan yang paling rendah( أقل شدة ): Apabila huruf Qalqalah terletak di pertengahan kalimah contohnya: Huruf Qaf di dalam kalimah( وخلقناكم أزواجا ).
2. Lantunan yang sederhana iaitu pertengahan( متوسط شدة ): Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah dan huruf tersebut tidak bersabdu (bertasydid) contohnya: Huruf Ta'( ط )di dalam kalimah( والله من وراء محيط )
3. Lantunan yang paling tinggi( أقصى شدة ): Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah dan huruf tersebut bersabdu (bertasydid) contohnya huruf Qaf di dalam kalimah( قال رب أحكم بالحق )
JENIS HAMZAH
Hamzah yang terdapat di dalam al-Quran terbahagi kepada dua bahagian iaitu Hamzah Wasal dan Hamzah Qat'ie.
1. Hamzah Qat'ie( همزة القطع ).
Hamzah ini tetap disebut pada permulaan bacaan, pada ketika bacaan sambung dan pada tulisan. Hamzah ini dinamakan dengan Hamzah Qat'ie ialah kerana ia memutuskan beberapa huruf dari huruf yang lain ketika membacanya. Hamzah Qat'ie terletak pada awal kalimah, pada pertengahan kalimah atau pada akhir kalimah. Ia juga terletak pada kata nama (isim), kata kerja (fe'el) dan sendi nama (harf).
Hukumnya ialah ia perlu disebut ketika membacanya.
2. Hamzah Wasal( همزة الوصل ).
Ia disebut pada permulaan bacaan dan digugurkan sebutannya ketika dibaca secara sambung dengan huruf sebelumnya. Ia dinamakan demikian kerana disambung dengan huruf yang bertanda Sukun pada awal perkataan. Tanda Hamzah Wasal ialah terdapat huruf Sad di atas huruf Alif.
1. Hamzah Qat'ie( همزة القطع ).
Hamzah ini tetap disebut pada permulaan bacaan, pada ketika bacaan sambung dan pada tulisan. Hamzah ini dinamakan dengan Hamzah Qat'ie ialah kerana ia memutuskan beberapa huruf dari huruf yang lain ketika membacanya. Hamzah Qat'ie terletak pada awal kalimah, pada pertengahan kalimah atau pada akhir kalimah. Ia juga terletak pada kata nama (isim), kata kerja (fe'el) dan sendi nama (harf).
Hukumnya ialah ia perlu disebut ketika membacanya.
2. Hamzah Wasal( همزة الوصل ).
Ia disebut pada permulaan bacaan dan digugurkan sebutannya ketika dibaca secara sambung dengan huruf sebelumnya. Ia dinamakan demikian kerana disambung dengan huruf yang bertanda Sukun pada awal perkataan. Tanda Hamzah Wasal ialah terdapat huruf Sad di atas huruf Alif.
HUKUM BARIS HAMZAH
1. Hukum Hamzah yang berbaris atas: Hamzah Wasal yang berbaris atas disebut ketika memulakan bacaan dengannya jika sekiranya ia berada di dalam kata sandang( ال )takrif yang sentiasa disandang pada kata nama am. Contohnya:( الحمد لله رب العالمين - الرحمن الرحيم )
2. Hukum Hamzah yang berbaris bawah: Ia disebut ketika memulakan bacaan jika sekiranya ia berada di dalam kata kerja, huruf ketiganya berbaris atas atau berbaris bawah atau berada di dalam terbitan kata kerja yang telah lalu( الفعل الماضي ).
Contohnya:( ارجع إليهم) (استكبارا في الأرض) (ادفع بالتي هي أحسن ).
Perhatian penting: Di dalam bacaan, Hamzah Wasal terdapat pada tujuh tempat iaitu:( اسم - اثنتين - امرأة - امرؤ - ابنة - ابن ).
Manakala hukum mula bacaan Hamzah Wasal di dalam kalimah-kalimah ini ialah wajib dibaca dengan baris bawah.
3. Hukum Hamzah yang berbaris hadapan: Ia disebut ketika memulakan bacaan dengannya, jika huruf yang ketiga di dalam kata kerja suruhan berbaris hadapan. Contohnya:( اركض برجلك - ادع إلي سبيل ربك )
4. Hukum Hamjah gugur/sukun
Ketika bacaan sambung, Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan untuk mengukuhkan huruf Sukun ketika itu ke atas huruf selepasnya dan ia tidak memerlukan kepada Hamzah. Pada ketika ini Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan sambung. Ketika memulakan bacaan dengan Hamzah Wasal, barisnya mestilah disebut sama ada ia berbaris atas, berbaris bawah atau berbaris hadapan. Jika Hamzah Wasal berada di dalam satu kalimah contohnya:( والله - وبالحق ), ia tidak boleh disebut sama sekali kerana tidak sah menyebutnya secara berasingan dalam apa keadaan sekalipun. Apabila Hamzah Wasal yang berbaris bawah bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal perlu dibuang dan disebut Hamzah Istifham secara berbaris di atas. Keadaan ini terdapat pada tujuh tempat di dalam al-Quran iaitu:- Pertama:( أتخذتم )dari firman Allah( قل أتخذتم عند الله عهدا ).
Kedua:( أطلع )dari firman Allah( أطلع الغيب أم أتخذتم عند الله عهدا ).
Ketiga:( أفترى )dari firman Allah( أفترى على الله كذبا ).
Keempat:( أصطفى )dari firman Allah( أصطفى البنات على البنين ).
Kelima:( أتخذناهم )dari firman Allah( أتخذناهم سخريا أم زاغت عنهم الأبصار ).
Keenam:( أستكبرت )dari firman Allah( أستكبرت أم كنت من العالين ).
Ketujuh:( أستغفرت ) dari firman Allah( سواء عليهم أستغفرت أم لم تستغفر لهم ).
Hamzah Wasal yang berbaris di bawah juga apabila bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal mestilah dibuang dan Hamzah Istifham mesti disebut secara berbaris di atas.
2. Hukum Hamzah yang berbaris bawah: Ia disebut ketika memulakan bacaan jika sekiranya ia berada di dalam kata kerja, huruf ketiganya berbaris atas atau berbaris bawah atau berada di dalam terbitan kata kerja yang telah lalu( الفعل الماضي ).
Contohnya:( ارجع إليهم) (استكبارا في الأرض) (ادفع بالتي هي أحسن ).
Perhatian penting: Di dalam bacaan, Hamzah Wasal terdapat pada tujuh tempat iaitu:( اسم - اثنتين - امرأة - امرؤ - ابنة - ابن ).
Manakala hukum mula bacaan Hamzah Wasal di dalam kalimah-kalimah ini ialah wajib dibaca dengan baris bawah.
3. Hukum Hamzah yang berbaris hadapan: Ia disebut ketika memulakan bacaan dengannya, jika huruf yang ketiga di dalam kata kerja suruhan berbaris hadapan. Contohnya:( اركض برجلك - ادع إلي سبيل ربك )
4. Hukum Hamjah gugur/sukun
Ketika bacaan sambung, Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan untuk mengukuhkan huruf Sukun ketika itu ke atas huruf selepasnya dan ia tidak memerlukan kepada Hamzah. Pada ketika ini Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan sambung. Ketika memulakan bacaan dengan Hamzah Wasal, barisnya mestilah disebut sama ada ia berbaris atas, berbaris bawah atau berbaris hadapan. Jika Hamzah Wasal berada di dalam satu kalimah contohnya:( والله - وبالحق ), ia tidak boleh disebut sama sekali kerana tidak sah menyebutnya secara berasingan dalam apa keadaan sekalipun. Apabila Hamzah Wasal yang berbaris bawah bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal perlu dibuang dan disebut Hamzah Istifham secara berbaris di atas. Keadaan ini terdapat pada tujuh tempat di dalam al-Quran iaitu:- Pertama:( أتخذتم )dari firman Allah( قل أتخذتم عند الله عهدا ).
Kedua:( أطلع )dari firman Allah( أطلع الغيب أم أتخذتم عند الله عهدا ).
Ketiga:( أفترى )dari firman Allah( أفترى على الله كذبا ).
Keempat:( أصطفى )dari firman Allah( أصطفى البنات على البنين ).
Kelima:( أتخذناهم )dari firman Allah( أتخذناهم سخريا أم زاغت عنهم الأبصار ).
Keenam:( أستكبرت )dari firman Allah( أستكبرت أم كنت من العالين ).
Ketujuh:( أستغفرت ) dari firman Allah( سواء عليهم أستغفرت أم لم تستغفر لهم ).
Hamzah Wasal yang berbaris di bawah juga apabila bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal mestilah dibuang dan Hamzah Istifham mesti disebut secara berbaris di atas.
MAD
Mad( مد ).
Dari sudut bahasa: Lebih / Tambahan. Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Memanjangkan sebutan lebih dari dua harakat ketika membaca huruf Mad (pemanjang) atau Lin yang bertemu dengan huruf Hamzah atau baris Sukun. Huruf Mad terdiri dari tiga huruf iaitu Alif( ا ), Wau( و )dan Ya'( ي ).
Huruf Wau disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di hadapan dan huruf Ya' pula disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di bawah manakala huruf Alif tidak baris lain yang berada sebelumnya selain baris di atas. Huruf Ya' dan Wau apabila berbaris Sukun dan huruf sebelumnya berbaris di atas, kedua-dua huruf tersebut tidak dinamakan huruf Mad tetapi ia dinamakan Huruf Lin.
1. Mad Tabi'i( المد الطبيعي )atau Mad Asli( المد الأصلى ).
Mad yang terdapat huruf hijaiah selain dari huruf Hamzah dan Sukun selepasnya dan ia dinamakan Tabi'i ialah kerana pembaca yang memiliki sifat kejadian yang sempurna tidak mengurangkan kadar Madnya iaitu dua harakat dan tidak pula melebihi dari itu.
Ketika berhenti dan Sambung
Apabila huruf Mad berada dalam keadaan tetap, sambung dan berhenti, huruf tersebut dibaca secara Mad (panjang) sama ada ketika sambung dan berhenti. Begitu juga sama ada ketika berada di pertengahan kalimah seperti( مالك) (يوصيكم )atau di akhir kalimah seperti( والشمس وضحاها ).
Di dalam bahagian ini disyaratkan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.
Ketika Sambung
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja khususnya yang berkaitan dengan Mad Silah Kecil( مد الصلةالصغرى )iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ ), begitu juga supaya huruf Ha' kinayah disambung dengan huruf Wau atau Ya', huruf Mad disyaratkan mestilah terletak di antara dua huruf yang berbaris hidup seperti kalimah( إنه هو) (به بصيرا ).
Dalam keadaan ini huruf wau dan Ya' dibaca secara Mad sepanjang dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf Hamzah yang berasingan darinya di dalam kalimah lain) dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti ia tidak dibaca secara Mad.
Ketika Berhenti
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja akan dibaca secara panjang sekiranya huruf Mad tersebut tetap berada di dalam keadaan berhenti bukan ketika sambung. Ia dibaca panjang pada huruf-huruf Alif yang ditukar dari baris dua di atasnya (Tanwin) seperti( عليمًا حكيمًا )dengan memberhentikan bacaan pada huruf Alif( حكيمًا )dan disyaratkan supaya Alif ini dibaca secara Mad tanpa menyambungnya dengan kalimah yang berada selepasnya.
2. Mad Far'i( المد الفرعي )ialah Mad yang telah ditambah lebih panjang bacaannya dari Mad Asli disebabkan terdapat Hamzah( ء )atau tanda Sukun( ْ )selepas huruf Mad.
a. Mad Muttasil iaitu berangkai( المتصل )ialah Huruf Mad yang bertemu dengan huruf Hamzah dalam kalimah yang sama. Ia dinamakan Mad Muttasil kerana huruf Mad bertemu dengan huruf Hamzah di dalam satu kalimah. Mad Muttasil ialah Mad wajib dan kadar bacaannya adalah empat harakat, lima harakat atau enam harakat ketika berhenti.
b. Mad Munfasil iaitu bercerai( المنفصل )ialah huruf Mad yang disusuli oleh huruf Hamzah (secara berasingan) yang terdapat pada awal kalimah berikutnya. Ia dinamakan Mad Munfasil ialah kerana huruf Mad terpisah dari huruf Hamzah yang terletak di dalam kalimah yang lain. Hukumnya: Harus membacanya secara pendek dengan kadar dua harakat, empat harakat atau lima harakat mengikut bacaan riwayat Hafs. Mad SilahKubra (iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ )) juga termasuk di dalam hukum Mad Munfasil. Apabila terdapat huruf Hamzah yang berada dalam keadaan berasingan di dalam kalimah berikutnya selepas huruf Wau Silah dan Ya' Silah, hukumnya adalah mengikut hukum Mad Munfasil jika dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti, ia tidak boleh dibaca secara Mad.
c. Mad 'Aridh( العارض للسكون )ialah Mad yang bertemu dengan huruf Lin Sukun Aridh (Sukun yang mendatang) kerana ingin menghentikan bacaan. Ia dinamakan 'Aridh (mendatang) ialah kerana huruf terakhir di dalam kalimah tersebut terpaksa dibaca dengan Sukun kerana memberhentikan bacaan padanya, jika sekiranya bacaan disambung, ia akan menjadi Mad Tabi'i. Hukumnya: Harus membacanya dengan tiga bentuk bacaan: Membaca secara pendek dengan kadar dua harakat, membaca secara pertengahan dengan kadar empat harakat dan membacanya secara sempurna dengan kadar enam harakat seperti:( الحمد لله رب العالمين ).
Mad 'Aridh mengambil hukum Mad Lin iaitu memanjangkan bacaan Wau dan Ya' Sukun dan terdapat huruf berbaris atas sebelum Wau dan Ya' ketika berhenti. Ia dinamakan dengan nama tersebut ialah kerana sebutannya terlalu lembut dan mudah seperti di dalam ayat:( فليعبدوا رب هذا البيت )
d. Mad Badal( البدل )ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu kalimah dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad. Ia dinamakan dengan Mad Badal ialah kerana kebiasaannya huruf Mad ditukar dari huruf Hamzah kerana asal Mad Badal ialah bertemu dua Hamzah di dalam satu kalimah di mana Hamzah pertama berbaris hidup dan Hamzah kedua berbaris Sukun (mati).
Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf Hamzah pertama untuk meringankan bacaan. Jika huruf Hamzah pertama berbaris di atas, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi huruf Alif( ا )seperti:( آمنوا )kerana asalnya( ءأمنوا ).Jika huruf Hamzah pertama berbaris di bawah, huruf Hamzah kedua ditukarkan menjadi huruf Ya' seperti:( إيمانا )kerana asalnya( إئمانا ).
Sekiranya huruf Hamzah pertama berbaris hadapan, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi huruf Wau( و )seperti:( أوتوا )kerana asalnya( أؤتوا ).
Hukumnya: Ia dibaca secara Mad dengan kadar dua harakat seperti Mad Tabi'i.
e. Mad Lazim( المد اللازم )iaitu huruf Mad yang disusuli dengan tanda Sukun asli tetap di dalam bacaan bersambung atau berhenti sama ada di dalam satu kalimah atau harf (sendi nama).
Ia dinamakan Mad Lazim (Tetap) ialah kerana bacaannya mestilah dibaca dengan enam harakat tanpa berubah, begitu juga kerana sebabnya iaitu Sukun ketika bacaan sambung dan berhenti.
- Mad Lazim Harfi Muthaqqal( المد اللازم الحرفي المثقل )ialah huruf Mad yang disusuli dengan Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah dengan syarat ia bertasydid. Ia dinamakan Harfi ialah kerana terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang berada selepas huruf Mad di permulaan surah. Ia dinamakan Muthaqqal ialah kerana terlalu berat untuk menyebutnya disebabkan terdapat Tasydid pada Sukunnya. Hukumnya adalah wajib dibaca secara Mad enam harakat seperti huruf Lam di dalam kalimah( الم ).
- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf( المد اللازم الحرفي المخفف ).
Iaitu selepas huruf Mad terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak bertasydid. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana sebutannya terlalu ringan disebabkan ia tidak bertasydid dan tidak berdengung seperti huruf Mim di dalam( الم ).
Perhatian penting: Huruf hijaiah yang terletak di permulaan surah terdiri dari empat belas huruf terkumpul di dalam bait syair( صله سحيرا من قطعك )dan ia terbahagi kepada empat bahagian: Pertama: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana terdapat huruf Mad di pertengahannya. Ia terdiri dari tujuh huruf yang terkumpul di dalam bait syair( كم عسل نقص )kecuali huruf 'Ain. Bahagian ini dibaca enam harakat dengan sempurna. Kedua: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana huruf Lin terdapat di pertengahannya iaitu huruf 'Ain. Huruf ini harus disempurnakan dengan bacaan enam harakat dan bacaan pertengahan empat harakat. Ketiga: Ejaannya terbentuk dari dua huruf di mana huruf keduanya ialah huruf Mad dan huruf-hurufnya adalah sebanyak lima huruf yang terhimpun dalam bait syair( حي طهر ).
Bahagian ini dibaca secara Mad Tabi'i dengan kadar dua harakat. Keempat: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana tidak terdapat satupun huruf Mad di pertengahannya. Ia terdiri dari satu huruf iaitu Alif dan tidak terdapat padanya huruf Mad.
- Mad Lazim Kalimi Muthaqqal( المد اللازم الكلمي المثقل ).
Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf bertasydid di dalam satu kalimah, hukumnya ia dibaca dengan enam harakat. Ia dinamakan Muthaqqal kerana berat atau susah untuk menyebutnya disebabkan terdapat tasydid pada Sukunnya. Contohnya Alif di dalam kalimah( الضالين ), dari firman Allah s.w.t( غير المغضوب عليهم ولاالضالين ).
- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf المد اللازم الكلمي المخفف . Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf Sukun yang tidak bertasydid di dalam satu kalimah. Hukumnya wajib dibaca dengan enam harakat. Ia dinamakan dengan Kalimi kerana terdapat Sukun asli selepas huruf Mad di dalam satu kalimah. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana ringan atau mudah menyebutnya disebabkan keadaannya yang tidak bertasydid dan tidak berdengung. Contohnya di dalam kalimah( أالآن )di dalam dua tempat surah Yunus ayat lima puluh satu dan sembilan puluh satu malah tidak terdapat di dalam al-Quran selain dari dua tempat tersebut.
Dari sudut bahasa: Lebih / Tambahan. Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Memanjangkan sebutan lebih dari dua harakat ketika membaca huruf Mad (pemanjang) atau Lin yang bertemu dengan huruf Hamzah atau baris Sukun. Huruf Mad terdiri dari tiga huruf iaitu Alif( ا ), Wau( و )dan Ya'( ي ).
Huruf Wau disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di hadapan dan huruf Ya' pula disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di bawah manakala huruf Alif tidak baris lain yang berada sebelumnya selain baris di atas. Huruf Ya' dan Wau apabila berbaris Sukun dan huruf sebelumnya berbaris di atas, kedua-dua huruf tersebut tidak dinamakan huruf Mad tetapi ia dinamakan Huruf Lin.
1. Mad Tabi'i( المد الطبيعي )atau Mad Asli( المد الأصلى ).
Mad yang terdapat huruf hijaiah selain dari huruf Hamzah dan Sukun selepasnya dan ia dinamakan Tabi'i ialah kerana pembaca yang memiliki sifat kejadian yang sempurna tidak mengurangkan kadar Madnya iaitu dua harakat dan tidak pula melebihi dari itu.
Ketika berhenti dan Sambung
Apabila huruf Mad berada dalam keadaan tetap, sambung dan berhenti, huruf tersebut dibaca secara Mad (panjang) sama ada ketika sambung dan berhenti. Begitu juga sama ada ketika berada di pertengahan kalimah seperti( مالك) (يوصيكم )atau di akhir kalimah seperti( والشمس وضحاها ).
Di dalam bahagian ini disyaratkan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.
Ketika Sambung
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja khususnya yang berkaitan dengan Mad Silah Kecil( مد الصلةالصغرى )iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ ), begitu juga supaya huruf Ha' kinayah disambung dengan huruf Wau atau Ya', huruf Mad disyaratkan mestilah terletak di antara dua huruf yang berbaris hidup seperti kalimah( إنه هو) (به بصيرا ).
Dalam keadaan ini huruf wau dan Ya' dibaca secara Mad sepanjang dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf Hamzah yang berasingan darinya di dalam kalimah lain) dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti ia tidak dibaca secara Mad.
Ketika Berhenti
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja akan dibaca secara panjang sekiranya huruf Mad tersebut tetap berada di dalam keadaan berhenti bukan ketika sambung. Ia dibaca panjang pada huruf-huruf Alif yang ditukar dari baris dua di atasnya (Tanwin) seperti( عليمًا حكيمًا )dengan memberhentikan bacaan pada huruf Alif( حكيمًا )dan disyaratkan supaya Alif ini dibaca secara Mad tanpa menyambungnya dengan kalimah yang berada selepasnya.
2. Mad Far'i( المد الفرعي )ialah Mad yang telah ditambah lebih panjang bacaannya dari Mad Asli disebabkan terdapat Hamzah( ء )atau tanda Sukun( ْ )selepas huruf Mad.
a. Mad Muttasil iaitu berangkai( المتصل )ialah Huruf Mad yang bertemu dengan huruf Hamzah dalam kalimah yang sama. Ia dinamakan Mad Muttasil kerana huruf Mad bertemu dengan huruf Hamzah di dalam satu kalimah. Mad Muttasil ialah Mad wajib dan kadar bacaannya adalah empat harakat, lima harakat atau enam harakat ketika berhenti.
b. Mad Munfasil iaitu bercerai( المنفصل )ialah huruf Mad yang disusuli oleh huruf Hamzah (secara berasingan) yang terdapat pada awal kalimah berikutnya. Ia dinamakan Mad Munfasil ialah kerana huruf Mad terpisah dari huruf Hamzah yang terletak di dalam kalimah yang lain. Hukumnya: Harus membacanya secara pendek dengan kadar dua harakat, empat harakat atau lima harakat mengikut bacaan riwayat Hafs. Mad SilahKubra (iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ )) juga termasuk di dalam hukum Mad Munfasil. Apabila terdapat huruf Hamzah yang berada dalam keadaan berasingan di dalam kalimah berikutnya selepas huruf Wau Silah dan Ya' Silah, hukumnya adalah mengikut hukum Mad Munfasil jika dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti, ia tidak boleh dibaca secara Mad.
c. Mad 'Aridh( العارض للسكون )ialah Mad yang bertemu dengan huruf Lin Sukun Aridh (Sukun yang mendatang) kerana ingin menghentikan bacaan. Ia dinamakan 'Aridh (mendatang) ialah kerana huruf terakhir di dalam kalimah tersebut terpaksa dibaca dengan Sukun kerana memberhentikan bacaan padanya, jika sekiranya bacaan disambung, ia akan menjadi Mad Tabi'i. Hukumnya: Harus membacanya dengan tiga bentuk bacaan: Membaca secara pendek dengan kadar dua harakat, membaca secara pertengahan dengan kadar empat harakat dan membacanya secara sempurna dengan kadar enam harakat seperti:( الحمد لله رب العالمين ).
Mad 'Aridh mengambil hukum Mad Lin iaitu memanjangkan bacaan Wau dan Ya' Sukun dan terdapat huruf berbaris atas sebelum Wau dan Ya' ketika berhenti. Ia dinamakan dengan nama tersebut ialah kerana sebutannya terlalu lembut dan mudah seperti di dalam ayat:( فليعبدوا رب هذا البيت )
d. Mad Badal( البدل )ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu kalimah dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad. Ia dinamakan dengan Mad Badal ialah kerana kebiasaannya huruf Mad ditukar dari huruf Hamzah kerana asal Mad Badal ialah bertemu dua Hamzah di dalam satu kalimah di mana Hamzah pertama berbaris hidup dan Hamzah kedua berbaris Sukun (mati).
Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf Hamzah pertama untuk meringankan bacaan. Jika huruf Hamzah pertama berbaris di atas, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi huruf Alif( ا )seperti:( آمنوا )kerana asalnya( ءأمنوا ).Jika huruf Hamzah pertama berbaris di bawah, huruf Hamzah kedua ditukarkan menjadi huruf Ya' seperti:( إيمانا )kerana asalnya( إئمانا ).
Sekiranya huruf Hamzah pertama berbaris hadapan, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi huruf Wau( و )seperti:( أوتوا )kerana asalnya( أؤتوا ).
Hukumnya: Ia dibaca secara Mad dengan kadar dua harakat seperti Mad Tabi'i.
e. Mad Lazim( المد اللازم )iaitu huruf Mad yang disusuli dengan tanda Sukun asli tetap di dalam bacaan bersambung atau berhenti sama ada di dalam satu kalimah atau harf (sendi nama).
Ia dinamakan Mad Lazim (Tetap) ialah kerana bacaannya mestilah dibaca dengan enam harakat tanpa berubah, begitu juga kerana sebabnya iaitu Sukun ketika bacaan sambung dan berhenti.
- Mad Lazim Harfi Muthaqqal( المد اللازم الحرفي المثقل )ialah huruf Mad yang disusuli dengan Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah dengan syarat ia bertasydid. Ia dinamakan Harfi ialah kerana terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang berada selepas huruf Mad di permulaan surah. Ia dinamakan Muthaqqal ialah kerana terlalu berat untuk menyebutnya disebabkan terdapat Tasydid pada Sukunnya. Hukumnya adalah wajib dibaca secara Mad enam harakat seperti huruf Lam di dalam kalimah( الم ).
- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf( المد اللازم الحرفي المخفف ).
Iaitu selepas huruf Mad terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak bertasydid. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana sebutannya terlalu ringan disebabkan ia tidak bertasydid dan tidak berdengung seperti huruf Mim di dalam( الم ).
Perhatian penting: Huruf hijaiah yang terletak di permulaan surah terdiri dari empat belas huruf terkumpul di dalam bait syair( صله سحيرا من قطعك )dan ia terbahagi kepada empat bahagian: Pertama: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana terdapat huruf Mad di pertengahannya. Ia terdiri dari tujuh huruf yang terkumpul di dalam bait syair( كم عسل نقص )kecuali huruf 'Ain. Bahagian ini dibaca enam harakat dengan sempurna. Kedua: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana huruf Lin terdapat di pertengahannya iaitu huruf 'Ain. Huruf ini harus disempurnakan dengan bacaan enam harakat dan bacaan pertengahan empat harakat. Ketiga: Ejaannya terbentuk dari dua huruf di mana huruf keduanya ialah huruf Mad dan huruf-hurufnya adalah sebanyak lima huruf yang terhimpun dalam bait syair( حي طهر ).
Bahagian ini dibaca secara Mad Tabi'i dengan kadar dua harakat. Keempat: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana tidak terdapat satupun huruf Mad di pertengahannya. Ia terdiri dari satu huruf iaitu Alif dan tidak terdapat padanya huruf Mad.
- Mad Lazim Kalimi Muthaqqal( المد اللازم الكلمي المثقل ).
Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf bertasydid di dalam satu kalimah, hukumnya ia dibaca dengan enam harakat. Ia dinamakan Muthaqqal kerana berat atau susah untuk menyebutnya disebabkan terdapat tasydid pada Sukunnya. Contohnya Alif di dalam kalimah( الضالين ), dari firman Allah s.w.t( غير المغضوب عليهم ولاالضالين ).
- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf المد اللازم الكلمي المخفف . Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf Sukun yang tidak bertasydid di dalam satu kalimah. Hukumnya wajib dibaca dengan enam harakat. Ia dinamakan dengan Kalimi kerana terdapat Sukun asli selepas huruf Mad di dalam satu kalimah. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana ringan atau mudah menyebutnya disebabkan keadaannya yang tidak bertasydid dan tidak berdengung. Contohnya di dalam kalimah( أالآن )di dalam dua tempat surah Yunus ayat lima puluh satu dan sembilan puluh satu malah tidak terdapat di dalam al-Quran selain dari dua tempat tersebut.
BERTEMU DUA SUKUN
Apabila bertemu dua huruf Sukun maka pada ketika itu perlu diselesaikan salah satu dari kedua-duanya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh kaedah Bahasa Arab, sama ada membuang huruf pertama yang bersukun atau membariskannya. Perlu diberi perhatian bahawa keadaan sebegini diharuskan ketika ingin menyambung bacaan sahaja
- Huruf Mad dibuang pada ketika ingin menyambung bacaan sahaja apabila terdapat huruf Hamzah yang bersambung selepas huruf Mad. Ia dibuang pada bacaan sahaja tidak pada tulisan kerana biasanya ia tercatat di dalam al-Quran seperti:( إذا الشمس كورت ).
Kadangkala huruf Mad dibuang pada bacaan sambung dan berhenti kerana ianya tidak tercatat di dalam tulisan apabila terdapat selepasnya huruf Hamzah yang bersambung. Contohnya membuang huruf Ya' dari kalimah:( تحي )di dalam ayat al-Quran:( ربي أرني كيف تحي الموتى ).
- Untuk menyelesaikan pertemuan dua huruf yang bersukun, perlu dibariskan huruf Sukun yang pertama sama ada dengan baris atas, baris bawah atau baris hadapan.
a. Baris Bawah
Huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah (untuk mengelakkan) pertemuan dua huruf Sukun jika sekiranya huruf Sukun pertama di akhir kalimah pertama dan huruf Sukun kedua ialah Hamzah Wasal, berada pada awal kalimah kedua. Di dalam keadaan ini huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah dan Hamzah Wasal digugurkan di dalam bacaan. Contohnya( قل أدعوا الله )keadaan demikian bukanlah dalam bentuk huruf tersebut berbaris atas dan hadapan. Perhatian penting: Nun yang terbit dari Tanwin jika terdapat Hamzah Wasal selepas Nun Tanwin, Nun tersebut dibariskan dengan baris bawah dengan syarat huruf yang berbaris ini dibaca di dalam keadaan sambung sahaja contohnya Tanwin dalam kalimah( عادا )di dalam ayat( عادا الأولى )dan Lam( الاسم )yang terdapat di dalam surah al-Hujurat kerana ia terletak antara dua huruf Hamzah yang bersambung, oleh sebab itu Huruf Lam dibariskan dengan baris bawah untuk mengelakkan dari bertemu dua Sukun.
b. Baris Atas
Huruf Sukun pertama dibariskan dengan baris atas (untuk mengelak dari bertemu dua Sukun) di dalam dua keadaan iaitu: Pertama: Nun di dalam kalimah( مِن )jika terdapat selepasnya Hamzah yang bersambung seperti:( وأنا على ذلكم من الشاهدين ).
Kedua: Huruf Ya' (ganti nama kepada orang yang bercakap), apabila terdapat Hamzah yang bersambung selepasnya seperti:( أذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم )
c. Baris Hadapan
Terdapat dua keadaan (untuk mengelak dari bertemu dua huruf Sukun) yang membolehkan Sukun pertama dibariskan dengan Dhammah: Pertama: Huruf Wau yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( فتمنوا الموت إن كنتم صادقين ).
Kedua: Huruf Mim yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( وسخر لكم الليل والنهار ).
- Huruf Mad dibuang pada ketika ingin menyambung bacaan sahaja apabila terdapat huruf Hamzah yang bersambung selepas huruf Mad. Ia dibuang pada bacaan sahaja tidak pada tulisan kerana biasanya ia tercatat di dalam al-Quran seperti:( إذا الشمس كورت ).
Kadangkala huruf Mad dibuang pada bacaan sambung dan berhenti kerana ianya tidak tercatat di dalam tulisan apabila terdapat selepasnya huruf Hamzah yang bersambung. Contohnya membuang huruf Ya' dari kalimah:( تحي )di dalam ayat al-Quran:( ربي أرني كيف تحي الموتى ).
- Untuk menyelesaikan pertemuan dua huruf yang bersukun, perlu dibariskan huruf Sukun yang pertama sama ada dengan baris atas, baris bawah atau baris hadapan.
a. Baris Bawah
Huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah (untuk mengelakkan) pertemuan dua huruf Sukun jika sekiranya huruf Sukun pertama di akhir kalimah pertama dan huruf Sukun kedua ialah Hamzah Wasal, berada pada awal kalimah kedua. Di dalam keadaan ini huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah dan Hamzah Wasal digugurkan di dalam bacaan. Contohnya( قل أدعوا الله )keadaan demikian bukanlah dalam bentuk huruf tersebut berbaris atas dan hadapan. Perhatian penting: Nun yang terbit dari Tanwin jika terdapat Hamzah Wasal selepas Nun Tanwin, Nun tersebut dibariskan dengan baris bawah dengan syarat huruf yang berbaris ini dibaca di dalam keadaan sambung sahaja contohnya Tanwin dalam kalimah( عادا )di dalam ayat( عادا الأولى )dan Lam( الاسم )yang terdapat di dalam surah al-Hujurat kerana ia terletak antara dua huruf Hamzah yang bersambung, oleh sebab itu Huruf Lam dibariskan dengan baris bawah untuk mengelakkan dari bertemu dua Sukun.
b. Baris Atas
Huruf Sukun pertama dibariskan dengan baris atas (untuk mengelak dari bertemu dua Sukun) di dalam dua keadaan iaitu: Pertama: Nun di dalam kalimah( مِن )jika terdapat selepasnya Hamzah yang bersambung seperti:( وأنا على ذلكم من الشاهدين ).
Kedua: Huruf Ya' (ganti nama kepada orang yang bercakap), apabila terdapat Hamzah yang bersambung selepasnya seperti:( أذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم )
c. Baris Hadapan
Terdapat dua keadaan (untuk mengelak dari bertemu dua huruf Sukun) yang membolehkan Sukun pertama dibariskan dengan Dhammah: Pertama: Huruf Wau yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( فتمنوا الموت إن كنتم صادقين ).
Kedua: Huruf Mim yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( وسخر لكم الليل والنهار ).
TAFKHIM DAN TARQIQ
Huruf hijaiah terbahagi kepada tiga bahagian dari sudut Tafkhim( التفخيم )dan( الترقيق )Tarqiq. Pertama: Huruf yang sentiasa ditebalkan iaitu Huruf-huruf Isti'la'. Kedua: Huruf yang kadangkala ditebalkan dan kadangkala dinipiskan bacaannya mengikut keadaan ayat. (Alif - Lam Lafaz Allah - Ra').
Ketiga: Huruf yang sentiasa dinipiskan bacaannya iaitu Huruf Istifal selain daripada huruf Lam dan Ra'.
Pengertian Tafkhim
Tafkhim( التفخيم )Dari sudut bahasa: Gemuk (tebal).
Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Ibarat kekuatan masuk pada bunyi huruf hingga bunyinya memenuhi mulut. Huruf Tafkhim terdiri dari tujuh huruf yang terkandung di dalam bait syair( خص ضغط قظ ).
- Peringkat pertama Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan selepasnya terdapat huruf Alif contohnya:( قال ).
- Peringkat kedua Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan tidak ada selepasnya huruf Alif contohnya:( خلقكم ).
- Peringkat ketiga Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris hadapan contohnya:( يقول ).
- Peringkat keempat Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim Sukun contohnya:( إقرأ ).
- Peringkat kelima Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris bawah contohnya:( قيل ).
Ketiga: Huruf yang sentiasa dinipiskan bacaannya iaitu Huruf Istifal selain daripada huruf Lam dan Ra'.
Pengertian Tafkhim
Tafkhim( التفخيم )Dari sudut bahasa: Gemuk (tebal).
Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Ibarat kekuatan masuk pada bunyi huruf hingga bunyinya memenuhi mulut. Huruf Tafkhim terdiri dari tujuh huruf yang terkandung di dalam bait syair( خص ضغط قظ ).
- Peringkat pertama Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan selepasnya terdapat huruf Alif contohnya:( قال ).
- Peringkat kedua Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan tidak ada selepasnya huruf Alif contohnya:( خلقكم ).
- Peringkat ketiga Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris hadapan contohnya:( يقول ).
- Peringkat keempat Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim Sukun contohnya:( إقرأ ).
- Peringkat kelima Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris bawah contohnya:( قيل ).
BELAJAR ILMU TAJWID 10: WAKOF
Akhirnya kita belajar tentang Waqof (pemberhentian). Adapun yang akan kita bahas disini adalah macam macam waqof dan tanda tandanya.
A. Macam Macam Waqof
1. Tamm (sempurna)
الوقف التام
Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut tidak ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya.
Contohnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 7
وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ . وَ مِنَ النَّاسِ …
2. Hasan (baik)
الوقف الحسن
Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an tetapi kata tersebut ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya.
Contohnya dalam surat Al-Fatihah ayat 7
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ . غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ …
3. Kafin (cukup)
الوقف الكافي
Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut tidak ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya dari segi ucapan tetapi mempunyai hubungan dari segi arti.
Contohnya dalam surat An-Nisa’ ayat 23
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ . وَبَنَاتُكُمْ …
4. Sholih (sah)
الوقف الصالح
Yaitu waqof yang sah dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an yang menerangkan kata setelahnya.
Contohnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 61
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَ الْمَسْكَنَةُ . وَ بَاؤُوْ …
5. Qobih (buruk)
الوقف القبيح
Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut tidak terikat setelah lengkapnya perkataan dan kadang kadang berhubungan dengan kata yang selanjutnya.
Contohnya dalam surat Al-Fatihah ayat 4
مَالِكِ . يَوْمِ الدِّيْنِ …
6. Jaiz (boleh)
الوقف الجائز
Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam bacaan al-qur’an selain waqof waqof yang ada diatas.
Contohnya dalam surat Hud ayat 88
وَ مَا تَوْفِيْقِيْ إِلاَّ بِا للَّهِ . عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ …
B. Tanda Tanda Waqof
Tanda tanda waqof itu banyak macamnya dan ada perbedaan antara al-qur’an yang satu dengan yang lain.
Tetapi tanda tanda waqof yang paling dikenal banyak orang adalah sebagai berikut :
م
Tanda ini artinya wajib berhenti.
لا
Tanda ini artinya tidak boleh berhenti.
ج
Tanda ini artinya boleh berhenti dan boleh tidak.
صلى
Tanda ini artinya lebih diutamakan untuk meneruskan walaupun berhenti juga diperbolehkan.
قلى
Tanda ini artinya lebih diutamakan untuk berhenti walaupun diteruskan juga diperbolehkan.
هذا العلم ماخوذ من كتاب علم التجويد
معهد دار السلام كونتور فونوروغو
MAKHORIJUL HURUF
Semua huruf Hijaiyyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat keluar) tersendiri. Secara umum makharijul huruf terbagi menjadi lima bagian:
- الجوف : Al Jauf (rongga mulut dan tenggorokan)
- الحلق : Al Halq (tenggorokan)
- اللسان : Al Lisan (lidah)
- الشفتين : Asy Syafatain (kedua bibir)
- الخيشوم : Al Khaisyum (rangga hidung)
1. الجوف (AL JAUF)
Al Jauf secara bahasa adalah “lubang atau lingkaran.” Sedangkan dalam istilah tajwid, al-jauf adalah suara atau bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan tenggorokan. Al Jauf juga disebut sebagai tempat keluarnya huruf-huruf mad (panjang): (و ي ا ). Huruf-huruf mad ialah:
a. Alif, yang didahului harakat fathah : ا َ-
b. Ya’ sukun yang didahului harakat kasrah : ِ ي-
c. Wawu sukun yang didahului harakat dhummah :ُو -
Contoh-contoh bacaan Al Jauf :
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُوا -قُوا أَنفُسَكُم -وَأَهْلِيكُمْ نَارًا – إِذَاجَاءَ نَصْرُاللهِ وَاْلفَتْح ِ – اَلرَّحْمَنِ الَّرحِيمِ – يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا2. الحلق(AL HALQ)
Al Halqi adalah lubang tenggorokan. Huruf-huruf yang keluar dari lubang tenggorokan ada enam, yaitu:
(أ ه ح خ ع غ) Secara global, lubang tenggorokan di bagi menjadi tiga bagian:
1. أَقْصَى اْلحَلْقِ artinya tenggorokan bagian bawah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ء هـ
ء : أَرْسَلَ – لاَ أَعْبُدُ – إِيمَانًا – كَانَ يَؤُوسًا – مَأْكُولٌ – مَئَابًا – وَالْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ
هـ : كَيْدَهُم – يَهْدِي – وَهَّاجًا – وَإِنَّهُو – فَمَهِّلْهُمْ رُوَيْدًا – ثُمَّ يَهِيجُ – إِهْدِنَا الصِّرَطَ
(أ ه ح خ ع غ) Secara global, lubang tenggorokan di bagi menjadi tiga bagian:
1. أَقْصَى اْلحَلْقِ artinya tenggorokan bagian bawah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ء هـ
ء : أَرْسَلَ – لاَ أَعْبُدُ – إِيمَانًا – كَانَ يَؤُوسًا – مَأْكُولٌ – مَئَابًا – وَالْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ
هـ : كَيْدَهُم – يَهْدِي – وَهَّاجًا – وَإِنَّهُو – فَمَهِّلْهُمْ رُوَيْدًا – ثُمَّ يَهِيجُ – إِهْدِنَا الصِّرَطَ
2. وَسْط ُالْحَلْقِ artinya tenggorokan bagian tengah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ح ع
ح : عَلِيمًا حَكِيمًا – قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ – فَحَشَرَفَنَادَى – مِن مَحِيصٍ – فَسَبِّحْ بِحَمْدِربك
ع : عَمَّ يَتَسَاءَ لُونَ – إِنَّ مَعَ اْلعُسْرِيُسْرَا – وَعَمِلُواالصَّاِلحَاتِ – فِي عِيشَةٍالرَّاضِيَةٍ
3. أَدْنَى الْحَلْقِ adalah tenggorokan bagian atas. Huruf yang keluar darinya adalah: غ خ
خ : وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ – خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا – كَيْفَ خُلِقَتْ – وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ
3. اللسان(AL LISAN)
Al Lisan artinya lidah. Maksudnya, al lisan huruf-huruf yang keluar melalui lidah. Al lisan terbagi menjadi lima bagian:
1. أَقْصَى الِّلسَانِ artinya pangkal lidah.
a. Pangkal lidah (lidah bagian belakang), dengan mengangkatnya sedikit ke rongga atas, huruf yang keluar darinya adalah: ق
ق : لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ اْلقِيَمَةِ – إِقْرَءْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقْ – خَلَقَ اْلإِنسَانَ مِنْ عَلَقْ – إِقْرَءْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمْ – قَدْ أَفْلَحَ اْلمُؤْمِنُونَ
ق : لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ اْلقِيَمَةِ – إِقْرَءْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقْ – خَلَقَ اْلإِنسَانَ مِنْ عَلَقْ – إِقْرَءْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمْ – قَدْ أَفْلَحَ اْلمُؤْمِنُونَ
b. Pangkal lidah (sedikit ke depan), dengan menurunkannya sedikit. Keluar darinya huruf: ك
ك : أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ – وَوَضَعْنَاعَنكَ وِزْرَكَ – كِرَامًا كَاتِبِينَ – وَيُزَكِّيكُم – وَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِينَ – وَاللهُ لاَيُحِبُّ اْلمُتَكَبِّرِينَ
ك : أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ – وَوَضَعْنَاعَنكَ وِزْرَكَ – كِرَامًا كَاتِبِينَ – وَيُزَكِّيكُم – وَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِينَ – وَاللهُ لاَيُحِبُّ اْلمُتَكَبِّرِينَ
2. وَسْطُ الِلسَانِ artinya lidah bagian tengah. Bertemunya lidah bagian tengah dengan rongga atas, hurufnya adalah: ي -ش – ج
ج : وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ – تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِن سِجِّيلٍٍ- َكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُم أُمَّةً وَسَطاًَ – مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ – َالجِبَالَ أَوْتَادًا
ش : وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا – مِن شَرِّمَاخَلَقَ – وَبَشِّرِالصَّابِرِينَ – َئِن شَكَرْتُم – لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون َ- وَأَمْرُهُم شُورَى بَيْنَهُم
ي : الَّذِين َهُمْ يُرَاؤُنَ – يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ – يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ – يَاأَيُّهَاالنَّبِيِّ- مُصَدِّقًالمِاَ بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَةَ – وَيَوْمَ الْقِيَمَة
3. حَافَتَااللِّسَانِ artinya kedua tepi lidah. Kedua tepi lidah (kiri atau kanan) dengan geraham atas, merupakan tempat keluarnya huruf: ض
ض : وَاْلعَادِيَاتِ ضَبْحًا – وَلاَ يَخُضُّ – أَنقَضَ ظَهْرَكَ – وَلاَ الضَّــالِّينَ – وَلاَيَضُرُّكُم – فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلاً – مُضِلِّينَ عَدُدَا
4. أَدْنىَ اللِّسَانِ (lidah terdekat)
Lidah terdekat, terbagi menjadi tiga bagian:
1. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf dhad, adalah tempat keluarnya huruf: ل
ل : وَجَنَّةٍ أَلْفَافًا – لاَ أُقْسِمُ بِهَذَااْلبَلَدِ – وَلِبَاسُهُم فِيهَاحَرِيرٌ – لُؤْلُؤٌمَكْنُون – إِنَّ اْلأِنسَانَ
2. Ujung sisi lidah dengan rangga atas setelah huruf lam, adalah tempat keluarnya huruf: ن
ن : تَجْرِى مِن تَحْتِهَااْلأَنهَارٌ – وَإِذَامَسَّهُ الْخَيْرُمَنُواعًا – وَمِنهُم مَن يَقُولُ – يَمُنُّونَ عَلَيْهِم – وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً – إِنسٌ وَلاَجَانٌّ
3. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf nun, adalah tempat keluarnya huruf ر
ر : وَأَيَّدْنَهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ – وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ – بَشِيرًا وَنَذِيرًا – إِلَيْنَامَرْجِعُكُم – إِلَى فِرْعَوْنَ – إِنَّاأَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ – وَمِمَّارَزَقْنَاهُم
5. طَرْفٌ اللِسَانِ artinya ujung lidah. Ujung lidah terbagi menjadi tiga bagian:
a. Ujung lidah yang menempel pada gusi atau pangkal gigi atas, tempat keluarnya huruf: ت – د – ط
ت : تَبَّتْ يَدَاأَبِى لَهَبٍ وَتَبْ – أَتْمِمْ لَنَانُورَنَا – تَارَةً أُخْرًى – كِتَابًامَوْقُوتًا – وَالتِّينِ
د : وَاْلأَرْضَ مَدَدْنَهَا – وَلَدَارُاْلأَخِرَةِ – مَتَاعُ اْلحَيَاةِالدُّنْيَا – الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى اْلأَفْئِدَةِ
ط : وَالطُّورِ- مَسْطُورِ – تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ – يَبْسُطُ الرِّزْقَ – طَائِفَةٌأُخْرًى – بِسُلْطَانٍ
ت : تَبَّتْ يَدَاأَبِى لَهَبٍ وَتَبْ – أَتْمِمْ لَنَانُورَنَا – تَارَةً أُخْرًى – كِتَابًامَوْقُوتًا – وَالتِّينِ
د : وَاْلأَرْضَ مَدَدْنَهَا – وَلَدَارُاْلأَخِرَةِ – مَتَاعُ اْلحَيَاةِالدُّنْيَا – الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى اْلأَفْئِدَةِ
ط : وَالطُّورِ- مَسْطُورِ – تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ – يَبْسُطُ الرِّزْقَ – طَائِفَةٌأُخْرًى – بِسُلْطَانٍ
b. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi depan yang atas, yaitu tempat keluarnya huruf : ث- ذ – ظ
ث : وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ – وَبَثَّ فِيْهَا – مَثْـنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاع – ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ – وَلاَأَكْثَرَمِن ذَلِكَ وَلاَ أَكْبَرَ اِلاَّ فيِ كِتَابٍ مُبِينٍ
ذ : وَاذْكُرُوااللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا – وَلَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًاشَدِيدً – وَ إِذْقَالَ إِبْرَاهِيمُ – وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ – مَن ذَالَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
ظ : مِنَ الظَّالِمِينَ – أَظْلَمَ عَلَيْهِم – رَبَّنَاظَلَمْنَا – مِن ظُهُورِهِم لَأَظُنُّكَ – غَلِيظًاالْقَلْبِ – وَمَن أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ
c. Ujung lidah ditempatkan antara gigi atas dan gigi bawah, yaitu tempat keluarnya huruf: ص ز س
ز : وَخَلَقْنَاكُم أَزْوَاجًا – إِذَا زُلْزِلَةِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا – فَقَدْفَازَفَوْزًاعَظِيمًا – وَأَنزَلْنَامِنَ السَّمَاءِمَاءًطَهُوْرًا – أَزْوَاجًالِتَسْكُنُواإِلَيْـهَا
س : سَأَلَ سَائِلٌ – لاَيَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوٍْم – سَلْسَبِيلا – سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ – الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِالنَّاسِ – مِنَ الْجِنَّةِوَالنَّاسِ
ص : تَصْلَى نَارًا حَامِيَةٍ- صَبَبْنَاالْمَاءَ صَبَّا – فِىصُدُورِالنَّاسِ – بُكْرَةً وَأَصِيلاً – وَاَقِيْمُواالصَّلَوةَ – يَااَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُواصَلُّوعَلَيْهِ
4. الشفتين (ASY SYAFATAINI)
Asy Syafataini ialah huruf-huruf yang keluar dari kedua bibir. Huruf yang keluar dari kedua bibir, berjumlah empat huruf, yaitu ف م ب و. Keempat huruf tersebut, terbagi menjadi dua bagian, dengan perincian sebagai berikut:
1. Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas,
Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas, merupakan tempat keluarnya huruf: ف
ف : فيِ دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا – وَيُفْسِدُونَ فيِ الْأَرْضِ – فَأَكْثَرُوافِيهَاالْفَسَاد َ- فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ – الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوسَ
2. Kedua bibir:
a. Bibir dalam posisi tertutup, adalah tempat keluarnya huruf: ب dan م
ب : تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ – لِؤُلِىالْأَلْبَابِ – تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ – الْمَغْضُـوبِم : مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ – حُبًّاجَمًّا – وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا – أَمهِلْهُم رُوَيدًا – أَنعَمتَ
b. Bibir dalam posisi terbuka, hurufnya adalah: و
و : اذاوَقَعَةِ الْوَاقِعَةُ – وِلْدَانَ شِيبًا – وَيَوْمَ وُلِدْتُ – عِوَجًا قَيِّمًا – أَوَلمَ ْيَرَاالَّذِينَ كَفَرُوا5. الخيشوم (AL KHAISYUM)
Al Khaisyum ialah suara yang berasal dari rongga hidung. Semua bacaan ghunnah (temasuk ikhfa’ dan iqlab), berasal dari rongga hidung. Huruf yang suaranya berada di dalam Al Khaisyum adalah ن – م apabila di tasydid, di sukun atau di antara kedua huruf tersebut, bertemu dengan huruf yang berharakat (hidup). Contoh:
ثُمَّّّّّّّّّّّّّ إِذَاشَاءَ َأَنشَرَةُ – فِي جَنّتِ النَّعِيمِ – رَسُولٍ كَرِيمٍ – مِسْكِينًاذَامَتْرَبَة- تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ
SIFATUL HURUF
Setelah mempelajari Makharijul huruf, belumlah cukup jika tidak dilanjutkan dengan mempelajari sifat-sifat huruf. Karena sangat mungkin, seseorang dapat mengucapkan huruf ب (ba’) pada lafad لََهَبٍ وَتَبَّ dengan tepat sebagaimana makhrajnya, namun bacaan tersebut belum bisa dikatakan benar dan sempurna, sehingga harus di ucapkan sesuai dengan salah satu sifatnya, yaitu qalqalah.
Oleh karena itu, tujuan utama mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar setiap huruf yang kita ucapkan, sesuai dengan hurufnya baik tempat maupun sifatnya.
Sifat-sifat huruf terbagi menjadi dua bagian:
1. Sifat Yang Memiliki Lawan
a. Al Hams x Al Jahr
b. Asy Siddyah x Ar Rakhwah
c. Al Isti’la’ x Al Istifal
d. Al Ithbaq x Al Infitah
e. Al Idzlaq x Al Ishmat
b. Asy Siddyah x Ar Rakhwah
c. Al Isti’la’ x Al Istifal
d. Al Ithbaq x Al Infitah
e. Al Idzlaq x Al Ishmat
2. Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan
a. Ash Shafir
b. Al Qalqalah
c. Al Lien
d. Al Inhiraf
e. At Takrir
f. At Tafasyi
g. Al Istithalah
b. Al Qalqalah
c. Al Lien
d. Al Inhiraf
e. At Takrir
f. At Tafasyi
g. Al Istithalah
SIFAT YANG MEMILIKI LAWAN
1. Segi Nafas:
a. الهَمْسُ (Al Hams), artinya keluarnya nafas ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Al Hams. Hurufnya ada sepuluh (10) yaitu:
ف – ح – ث – هـ – ش – خ – ص – س – ك – ت atau terangkum dalam kalimat فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ
ف – ح – ث – هـ – ش – خ – ص – س – ك – ت atau terangkum dalam kalimat فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ
Kebalikan dari Al Hams adalah Al Jahr
b. الجَهْرُ (Al Jahr) yaitu menahan nafas ketika membaca huruf-huruf yang bersifat Al Jahr. Huruf-hurufnya ada delapan belas (18), atau selain hurufnya Al Hams. Yaitu :
ع – ظ – م – و- ز- ن – ق – ا- ر- ء- ذ- ي- غ – ض – ج – د- ط – ل – ب atau terangkum dalam kalimat عَظُمَ وَزْنَ قَارِئٍ ذِيْ غَضَّ جَدَّ طَلَبِ
ع – ظ – م – و- ز- ن – ق – ا- ر- ء- ذ- ي- غ – ض – ج – د- ط – ل – ب atau terangkum dalam kalimat عَظُمَ وَزْنَ قَارِئٍ ذِيْ غَضَّ جَدَّ طَلَبِ
2. Segi Suara:
a. الشِّدَّةُ (Asy Syiddah), artinya tertahannya suara ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Asy Syiddah. Hurufnya ada delapan (8), yaitu;
أ – ج – د- ق- ط- ب – ك- ت Atau dalam kalimat; أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ
أ – ج – د- ق- ط- ب – ك- ت Atau dalam kalimat; أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ
Kebalikan dari Asy Syiddah adalah Ar Rakhwah
b. الرَّخْوَةُ (Ar Rakhwah) yaitu terlepas atau keluarnya suara ketika membaca huruf-hurufnya. Hurufnya ada lima belas (15), atau selain hurufnya Asy Syiddah. Yaitu:
خ – ذ – غ – ث – ح – ظ- ف – ض- ش – و – ص – ز- ي – س – هـatau dalam kalimat خُذْغُثَّ حَظٍّ فَضٍّ شَوْصٍ زَيٍّ سَاهٍـ
خ – ذ – غ – ث – ح – ظ- ف – ض- ش – و – ص – ز- ي – س – هـatau dalam kalimat خُذْغُثَّ حَظٍّ فَضٍّ شَوْصٍ زَيٍّ سَاهٍـ
Keterangan :
Antara sifat Asy Syiddah dengan Ar Rakhwah adalah At Tawassuth, yaitu mengucapkan huruf-hurufnya dengan tidak terlalu ditahan atau terlepaskan (pertengahan antara keduanya). Hurufnya adalah: ل – ن – ع – م – رatau kalimat yang berbunyi: لِنْ عُمَرْ
3. Segi Pangkal Lidah
a. الإِسْتِعْلاَءُ (Al Isti’la’) adalah terangkatnya lidah ke rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. hurufnya ada delapan (8), yaitu :
خ – ص- ض- غ- ط- ق- ر- ظ atau dalam kalimat رُخْصَ ضَغْطٍ قِظْ
خ – ص- ض- غ- ط- ق- ر- ظ atau dalam kalimat رُخْصَ ضَغْطٍ قِظْ
Kebalikan dari sifat Al Isti’la’ adalah Al Istifal
b. الإِسْتِـفَالُ (Al Istifal), yaitui posisi lidah menurun. Huruf-hurufnya ada dua puluh (20):
ث – ب – ت – ع – ز – م -ن -ي – ج – و- د- ح-ر – ف- هـ- إ – ذ – س-ل – ش- ك- اatau dalam kalimat ثَبَتَ عَزَّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْ فَهُ إِذْ سَلَّ شَكًّا
ث – ب – ت – ع – ز – م -ن -ي – ج – و- د- ح-ر – ف- هـ- إ – ذ – س-ل – ش- ك- اatau dalam kalimat ثَبَتَ عَزَّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْ فَهُ إِذْ سَلَّ شَكًّا
4. Lidah dengan Rongga Mulut
a. الإِطْبَاقُ (Al Ithbaq) adalah menempelnya lidah dengan rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. Huruf yang mempunyai sifat Al Ithbaq ada empat (4), yaitu; ص – ض- ط- ظ
Kebalikan dari sifat Al Ithbaq adalah Al Infitah
Kebalikan dari sifat Al Ithbaq adalah Al Infitah
b. الإِنفِتَاحُ (Al Infitah) adalah terlepasnya lidah dari rongga atas, serta terbukanya kedua bibir. Hurufnya adalah selain huruf-huruf Al Ithbaq, yaitu dua puluh lima (25) huruf :
م – ن – أ- خ – ذ – و – ج – د -س – ع – ة – ف -ز – ك – ح -ق -ل – ه – ش- ر – ب – غ – ي – ث atau مَنْ أَخَذَ وَجَدَ سَعَةً فَزَكَا حَقٌّ لَهُ شَرَبَ غَيْثُ
م – ن – أ- خ – ذ – و – ج – د -س – ع – ة – ف -ز – ك – ح -ق -ل – ه – ش- ر – ب – غ – ي – ث atau مَنْ أَخَذَ وَجَدَ سَعَةً فَزَكَا حَقٌّ لَهُ شَرَبَ غَيْثُ
5. Dari Segi Mudah atau Tidaknya Mengeluarkan Huruf
a. اللإِذْلاَق ُ (Al Idzlaq), adalah mengucapkan huruf dengan mudah, karena posisi makhrajnya berada di ujung lidah atau bibir. Semua huruf yang mempunyai sifat Al Idzlaq ada enam (6);
ف – ر- م- ن- ل- ب atau terangkum dalam kalimat فِرَّ مِنْ لُبٍّ
Lawan dari sifat Al Idzlaq adalah Al Ishmat
ف – ر- م- ن- ل- ب atau terangkum dalam kalimat فِرَّ مِنْ لُبٍّ
Lawan dari sifat Al Idzlaq adalah Al Ishmat
b. الإِصْمَاتُ (Al Ishmat) yaitu mengeluarkan huruf Hija’iyyah dengan agak susah atau tertahan. Huruf-hurufnya ada dua puluh dua (22), yaitu:
ج – ز -غ – ش -س – خ – ط – ص – د – ث – ق – ة – إ – ذ -و -ع-ظ- ه – ي- ح – ض – ك atau dalam kalimat جُزَّ غَشَّ سَاخِطٍ صَدَثَقَةً إِذْوَعَظَهُ يَحُضُّكَ
ج – ز -غ – ش -س – خ – ط – ص – د – ث – ق – ة – إ – ذ -و -ع-ظ- ه – ي- ح – ض – ك atau dalam kalimat جُزَّ غَشَّ سَاخِطٍ صَدَثَقَةً إِذْوَعَظَهُ يَحُضُّكَ
sumber:
::
No comments:
Post a Comment